TRIP TO TAPANULI UTARA : KETIKA BORU REGAR PULANG KAMPUNG

ketika boru regar pulang kampung
Trip to Tapanuli Utara : Ketika Boru Regar Pulang Kampung


Trip to Tapanuli Utara : Ketika Boru Regar Pulang Kampung : Rasanya seperti pulang kampung. Itu yang saya alami ketika berkunjung ke Desa Bintang Pariama, Silalitoruan, Kecamatan Muara – Tapanuli Utara.


Berkunjung ke Desa Bintang Pariama ini merupakan salah satu dari rangkaian agenda yang saya dan beberapa teman blogger dan instagramer Medan berkunjung ke Taput Desember lalu, seperti yang sudah saya singgung di postingan-postingan saya sebelumnya.


Desa Bintang Pariama adalah desa yang menjadi lokasi homestay tempat kami menginap. Ya, memang belum diresmikan. Tapi desa ini memang sedang dalam pengembangan dan ke depannya akan dijadikan homestay bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke Tapanuli Utara, khususnya Muara.
Yang ingin berkunjung tak hanya sekedar melihat keindahan alamnya saja, tetapi juga merasakan tidur di rumah khas masyarakat Batak disini yang umumnya rumahnya masih khas rumah adat Batak.
Kami beruntung bisa duluan merasakan menginap disini. Walau beberapa rumah masih dalam tahap pengembangan (pembangunan dan renovasi). Meski memang waktunya sangat singkat. Tapi cukuplah untuk jadi pengalaman manis merasakan menginap di rumah warga disini.

homestay desa bintang pariama
Ini situasi waktu kami datang bulan Desember tahun lalu. Sekarang mungkin udah ready ya.
rumah tradisional batak
Salah satu rumah di desa Bintang Pariama. Nah cowok-cowoknya kemarin nginap disini nih.


Trip to Tapanuli Utara : Ketika Boru Regar Pulang kampung. Mungkin kalian sedikit bingung dengan judul postingan saya kali ini. Saya memang bermarga Siregar. Boru Regar, begitu biasanya penyebutannya untuk perempuan. Tapi kampung kelahiran saya kan di Kisaran. So, kenapa judulnya ada ‘pulang kampung’ nya?


Judul ini tak lain tak bukan karena memang kampung homestay ini adalah kampung yang ditinggali oleh marga Siregar. Jadi penduduk di kampung ini isinya adalah pria maupun wanita bermarga Siregar bersama pasangan dan anak-anak mereka.


Mendapati kampung dengan nama marga dan penduduknya adalah mereka yang bermarga sesuai dengan nama kampung tersebut bukanlah hal mengejutkan buat saya. Nama kampung dan daerah disini memang biasa menggunakan nama marga. Tapi jujur, baru kali ini saya mengunjungi kampung yang didiami oleh mereka yang bermarga Siregar. Dan karena saya juga Siregar, hal itu sunggu surprised buat saya.


Masyarakat disini menyambut kami dengan begitu ramah dan sangat antusias. Walaupun sedikit terkendala oleh bahasa (mereka biasa menggunakan bahasa batak sehari-hari) tak lantas menjadikan suasana kaku. Malah tetap hangat.


Begitu tau saya bermarga Siregar, seakan kadar keakraban semakin bertambah. Begitu lah memang biasanya sesama orang Batak, khususnya yang semarga. Jika tau lawan bicaranya adalah orang yang semarga dengannya atau dengan ibunya, obrolan jadi kian terasa akrab.


Beberapa pertanyaan diajukan ke saya, dari mulai Siregar apa dll. Sayangnya saya memang tak tau menau silsilah marga yang menempel sebagai nama belakang saya. Saya juga tak mengerti Bahasa Batak. Tapi mereka tetap antusias. Khususnya kaum ibu, mereka tak sungkan memeluk, menjabat tangan, seakan bertemu keluarga yang lama terpisah.


Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang Kampung Siregar di Desa Bintang Pariama, Silalitoruan ini. Mengingat memang waktu kami disini tak lama. Hanya datang untuk berkenalan sejenak dengan penduduk desa, menaruh barang-barang di homestay, kemudian melanjutkan perjalanan sesuai itinerary. Tengah malam baru kembali, mereka sudah tidur, kami pun sudah sangat lelah. Esok paginya agenda Sport Tourism Colour Run 2018 sudah menanti. Praktis kami tak banyak berbincang dengan masyarakat. Hanya saat pertama datang dan saat berpamitan.

Baca juga : Trip to Tapanuli Utara : Kejutan-Kejutan Kecil yang Tak Disangka

Sedikit yang saya tangkap selain keramahan masyarakat sekitar, juga keindahan suasana pedesaan yang sungguh mewah di mata saya. Kampung ini berada di atas bukit, yang juga merupakan kaki dari perbukitan yang lebih tinggi lagi.


Di bawahnya, ada Danau Toba yang membentang, dengan Pulau Sibandang di seberangnya. Iya, Danau Toba tak hanya punya Pulau Samosir, tapi juga ada Pulau Sibandang dan pulau-pulau kecil lainnya. pemandangannya, jangan ditanya, perfecto lah :)

trip to tapanuli utara
Pulau Sibandang di seberang desa


Sawah-sawah dengan pemandangan danau ataupun yang menawarakan pemandangan perbukitan di Desa Bintang Pariama adalah daya tarik tak terbantahkan. Kalian yang lagi pengen menyepi sejenak dari hiruk pikuk kota bisa lah melipir kesini.

desa bintang pariama
Nah itu dia Desa Bintang Pariama tempat kami menginap, bersanding dengan perbukitan dan sawah, aduhai indahnya :)

pesona taput
Selain view Danau Toba, Pesona Taput lainnya itu ya pemandangan sawah dan yang bersanding dengan perbukitan begini


Apa yang menjadi alasan menjadikan Desa Bintang Pariama sebagai lokasi homestay? Ada beberapa hal yang saya simpulkan sendiri setelah menginap satu malam disana. Selain memang bangunan rumahnya khas rumah adat batak, pemandangan di sekitar pedesaan yang indah, bisa jadi karena memang penduduk di kampung ini terbilang bersih ya.


Sudah sama-sama kita ketahui jika umumnya masyarakat Batak non muslim punya kebiasaan memelihara anjing, juga babi di bawah rumah panggung mereka. Nah di desa lokasi homestay ini, menurut mereka tidak ada yang memelihara babi dan anjing. Jika pun ada terlihat anjing, itu bukan anjing mereka, melainkan anjing dari kampung lain. Jadi mereka yang muslim juga bisa menginap di homestay ini.


Toiletnya juga bersih, bangunannya bergabung dengan rumah, walaupun jika dibanding toilet hotel bintang lima jelas berbeda. Airnya? Jernih dan duingiiin gaes.


Malam itu kami para cewek-cewek menginap di satu rumah yang paling ujung. Kasur, bantal, sprei, dan selimut sudah disiapkan. Khusus untuk tamu yang menginap. Masih diplastikin malah, mungkin karena kami tamu pertama kali ya, jadi masih baru semua.


Karena sudah larut malam dan si empunya rumah sudah tidur, kami juga sudah lelah, jadi malam itu kami langsung ambil posisi masing-masing setelah sebelumnya cuci muka. Hanya butuh waktu sebentar saja kami pun lelap dalam tidur.


Keesokan paginya, kami bergantian ke kamar mandi. Kami tak punya banyak waktu berbincang dengan pemilik rumah karena harus menuju Lapangan Gantole Hutaginjang untuk melihat event Sport Tourism Festival Colour Run 2018.

Baca juga : Trip to Tapanuli Utara : Ketinggalan Momen Opening Tapot Sport Tourism fest Colour Run 2018

Menunggu yang lain bersiap, saya dan Ayu memanfaatkan waktu untuk foto di pintu rumah berlatar perbukitan. Dari luar terdengar suara keramaian, ternyata Pak Bupati Taput datang berkunjung sebelum ke acara Sport Tourism Festival Colour Run 2018. Karuan saja warga antusias menyambut.

homestay di rumah tradisional batak
Sambil nunggu yang lain, foto dulu ah :)


bupati tapanuli utara
Pak Bupati Taput, Nikson Nababan (duduk di bangku, memakai baju merah, nomor 2 dari kiri) berbincang akrab dengan waraga


Trip to Tapanuli Utara : Ketika Boru regar Pulang Kampung, singkat memang waktu kami di Desa Bintang Pariama ini, tapi cukup membuat saya seakan merasakan tengah pulang kampung.


Merasakan hangat sapa warganya, antusiasme mereka menanyakan asal usul marga Siregar yang saya sandang, semua jadi kenangan manis yang saya bawa pulang ke ibukota, dan saya abadikan ceritanya di blog ini.

trip to tapanuli utara ketika boru regar pulang kampung
Pamit pulang


Kelak, semoga ada waktu berkunjung ke desa ini lagi, sekedar menikmati sawah di kaki bukit, atau memandangai Pulau Sibandang di kejauhan sana.


Kalian, kapan main ke Desa Bintang Pariama, Silalitoruan – Tapanuli Utara?!

Share:

15 komentar

  1. Aku tuh kadang suka rancu Tapanuli sama Siantar kirain ini lokasinya di Sumatera.. ini nih kalau pas pelajaran geografi suka telat masuknya *eh hihihhihi.

    Tapanuli ini tempatnya emang asri gitu ya? masih banyak lahan-lahan luas, hebatnya kebudayaan tetep dipelihara. Semoga kelak aku berkesempatan jalan-jalan ke sana ah.

    BalasHapus
  2. Pemandangannya bagus sekali ya ...betah lama-lama di sana deh!
    Lihat danau Toba dari ketinggian, menikmati nyamannya rumah khas adat batak dan tentu saja keramahan warganya pasti bikin betah ya ...

    BalasHapus
  3. Baru tahu Tapanuli kayak gini. Pemandangannya indah dan kayaknya sejuk banget ya Kak

    BalasHapus
  4. Apakah ini desa wisata yang dikelola oleh masyarakatnya? kalau iya. bearti desa ini sudah maju dan sadar wisata. Bisa terkenal bangetnih kalau alamnya indah dan masyarakatnya juga ramah. Tinggal akses aja nih, gampang apa ngga

    BalasHapus
  5. Menginap di rumah asli khas Tapanuli pastinya pengalaman luar biasa ya, Kak, dan pastinya surprise banget ya karena satu kampung semarga dengan kaka, indah banget pemandangannya, siapa saja bolehkah berkunjung dan menginap di sana? Atau ada atursn tertentu?

    BalasHapus
  6. Luar biasa bagus suasana alamnya. Hidup dengan tradisi kehidupan bermsyarakat. Apalgi di tmabha dgn kampung yg ada swahnya. Nah kalo tempat beginian sudah ada homestay nya, pasti kedepan akan semakin berkembang dan cepat berkembang menjadi Kampung Wisata.
    Semoga kedepan semkin berkembang .

    BalasHapus
  7. Soooo beautifuuuul. Enak bgt homestaynya nyaman dan enak buat muslim, pemandangannya bikin fresh badan dan otaak tuuh

    BalasHapus
  8. Wuooiihh asyik banget liburan ke tapanuli pemandangan disana masih hijau banget dan masyarakat disana ramah ramah lagi bikin nyaman banget ya dan ga ingin pulang

    BalasHapus
  9. Pemandangannya adem baget!

    Aku bayangin deh kalau ke luar Jawa, pasti juga roaming dengan bahasa daerah mereka. Bersyukur ada Bahasa Indonesia

    BalasHapus
  10. Owalah dirimu ternyata seorang Siregar to mbak? Kukira wong jowo hehe :D
    Cakepnya pemandangannya, terutama laut dan pulaunya itu :D
    Warga di sana sangat ramah yaaaa. Jd pengen jg ke Tapanuli :D

    BalasHapus
  11. Kapan yaa aku bisa ke desa ini*

    Jadi pengen mudik tahun ini deh. Kangen kampung halaman rasanya..

    Salam yaa dari boru Damanik.
    Horas menjua-jua (Sok ngerti bahasa batak, padahal udah lama di Jakarta). hahaha

    BalasHapus
  12. Lihatnya bikin adem, hijau hijau gimanaaa gitu. Apalagi pas lihat pulay Sibandang yang ada di seberang desa. Asa waas, dan ingin cobain traveling ke Tapanuli :D

    BalasHapus
  13. Eny suka banget liat rumah adat khas Tapanuli ini 😍😍😍 arsitektur vernakularnya masih sangat dijaga kak

    BalasHapus
  14. Ternyata selain view danau toba ,sawah dan bukit2nya Indah banget yaa .
    Seneng bgt pasti bisa merasakan tinggal di lingkungan asri tapanuli ini ,rumah adatnya pun kayaknya sangat nyman ya

    BalasHapus
  15. seputar danau toba memang cantiiik2 pemandangannya yaa...dan akses ke toba juga makin meningkat saja.

    BalasHapus