HAL GILA YANG SAYA LAKUKAN DI SAMOSIR
Hal gila yang saya lakukan di Samosir |
Hal Gila yang Saya Lakukan di Samosir : Ingat postingan saya November tahun lalu? Di beberapa postingan kala itu saya ada sedikit cerita kalau saya ke Samosir sendirian. Tanpa rencana ingin kesini atau kesana. Hanya sekedar berdiam di penginapan dan menikmati pemandangan danau yang tersaji di depan kamar. Iya, kamar yang saya inapi memang tepat berada di pinggir Danau Toba dan menghadap ke danau, udah pasti pemandangannya kece.
Baca juga : Welcome my November!
Hari kedua di Samosir, karena mendadak ada keperluan di Simanindo, saya pun rental sepeda motor. Tapi sebelum tanya ke tempat rental, saya hunting info dulu, siapa tau kan disini sistemnya mereka kasi harga dan kita harus tawar. Jadi harus tau harga pasaran dulu dong.
Saat hunting info tarif rental sepeda motor itulah saya nyasar ke blog yang ngebahas tentang 3 hal bodoh yang bisa dilakukan saat berlibur di Samosir. Saya lupa nama blognya dan judul artikelnya.
Yang pasti dia bahas hal-hal bodoh yang bisa jadi hal seru namun juga bisa jadi hal bodoh yang kamu sesalin karena melakukannya saat liburan ke Samosir.
Hal bodoh pertama adalah bersepeda di Tuk-Tuk. Iya, banyak penyedia rental sepeda dan sepeda motor di Tuk-Tuk. Bersepeda di Tuktuk bisa jadi menyenangkan karena bakal disuguhi pemandangan Danau Toba yang memukau, tapi buat yang nggak biasa sepedaan bisa jadi hal bodoh juga, karena jalanan di Tuk-Tuk kan banyak turunan dan tanjakan, dengkul puegeeel coiii,,, saya udah pernah ngerasain dulu. Jadi nggak saya lakuin.
Hal bodoh kedua adalah nyoba magic mushroom. Di café dan resto di Tuk-Tuk Samosir ada banyak nih yang nyediain menu ini katanya. Tapi saya baru tau ini sih. Katanya efek setelah makan magic mushroom bisa beda-beda tiap orang, ada yang happy banget, liat hal-hal sepele yang menurut kita yang normal itu nggak lucu, dianya bisa ketawa ngakak sengakak-ngakaknya.
Bisa juga jadi mellow banget, liat daun jatuh di tempat yang menurut dia nggak sesuai aja bisa nangis. Atau ada juga yang efeknya marah-marah. Saya nggak tau ini jamurnya kayak gimana. Apakah memang efek jamurnya seperti itu atau karena diberi bumbu-bumbu tertentu. Saya nggak tau pasti. Tapi pengen nyoba sih, penasaran hahhaaaa
Tapi karena kemarin sendirian dan takutnya ntar saya dikira gila atau melakukan hal-hal aneh setelah makan tuh jamur, jadi nggak saya coba. Ntar aja nyobanya kalau pas kesana sama temen, jadi kalau saya kena efek magicnya itu jamur, ada yang ngurusin saya hehhehee
Hal bodoh ketiga menurut blog tersebut adalah mencoba jalur Ring Road Dalam Samosir. Nah ini saya baru tau nih ada jalur ini. Padahal entah sudah berapa kali maen ke Samosir loh.
Jadi biasanya kalau dari Tuk-Tuk atau Tomok kalau mau ke Pangururan itu ya lewat jalur umum yang biasa dilalui orang. Jalur ini rutenya memutar, melintasi pinggiran danau. Jadi nggak heran kalau lewat jalur ini kita disuguhi pemandangan hutan di perbukitan di sisi kiri, dan danau di sisi kanan, tentunya juga rumah dan kebun/sawah penduduk lokal di sepanjang jalur. Jalur ini disebut jalur ring road luar.
Nah kalau jalur ring road dalam adalah jalur yang melintasi bukit dan hutan. Jalur ini sepi dan menurut cerita di blog tersebut jalannya masih banyak yang rusak. Jadi kalau lewat jalur ini musti mempersiapkan diri kalau misal kehabisan bensin, ban bocor, atau sepeda motor mogok.
Si merah, sepeda motor rental yang menemani perjalanan gila saya di Samosir |
Oke, saya memutuskan untuk mencoba jalur ring road dalam setelah urusan saya di Simanindo selesai. Cukup bodoh menurut saya, secara saya sendirian. Jujur ada rasa was-was. Gimana kalau jalannya itu rusak banget. Trus hutannya nyeremin. Gimana kalau tersesat. Atau gimana kalau ada yang berniat jahat di tengah jalan sementara saya hanya seorang diri.
Semua pikiran negative itu muncul, tapi toh nyatanya saya tetap melajukan sepeda motor yang saya rental itu ke arah Pangururan. Uedaaan, tolong jangan ditiru ya.
Memasuki Pangururan, entah berapa kali saya bertanya jalan menuju Ronggur Ni Huta, daerah yang akan saya lalui jika lewat jalur Ring Road dalam Samosir. Tiap ada persimpangan selalu saya tanya orang. Daripada nyasar, lebih baik bertanya, pikir saya.
Selain tanya jalan ke Ronggur Ni Huta, saya juga tanya jalan ke Tomok lewat Ronggur Ni Huta, jawabannya beda-beda euy. Ada yang bikin optimis, ada yang bikin nyali keder dan pengen putar arah, walau ujung-ujungnya tetap ke rencana awal.
Ada yang bilang jalannya payah, rusak, sepi, dan hutan-hutan. Ada yang bilang jalannya bagus dan aman. Apalagi memang setelah melewati Pangururan, jalannya menanjak, berbatu dan rusak. Duuh nyali sempat ciut dong. Tapi ya nekat aja lah, lanjot terosss…
Sekitar pukul 15.00 WIB saya menepikan sepeda motor dan mematikan mesinnya. Sebuah pemandangan indah berupa danau, perbukitan, dan kebun penduduk menyita mata saya. Ditambah lagi ada beberapa bangku kayu di tepi jalan, ya sudah lah, pas sekali untuk berhenti sejenak pikir saya. Sekedar duduk-duduk menikmati pemandangan.
Ini aslinya pemandangannya kece badai gaes, cuma ya kemampuan memoto saya yang standar banget :D |
Kalau saja kala itu tidak sendirian, kalau saja waktu itu masih pagi, dan kalau saja waktu itu mendung hitam tak bergelayut manja di langit, mungkin saya bakal lebih lama lagi duduk santai di tempat itu. Kelak jika lewat kesini lagi, saya ingin duduk disini lebih lama, apalagi jika sambil menyeruput kopi, pasti lebih maknyuus. Yess,,, tempat ini adalah spot favorit saya dalam perjalanan kali ini.
Melewati Danau Sidihoni yang terkenal dengan sebutan danau di atas danau, saya menemukan tempat favorit kedua saya. Sebuah gereja di sisi kiri jalan. Letaknya sedikit menanjak dan hanya ada satu bangunan gereja tersebut saja. Tidak ada bangunan lain. Halaman gereja ditumbuhi rerumputan hijau yang membuat saya merimajinasi menjadi anak kecil kembali dan berlari-larian di halaman rumput tersebut.
Beberapa saat saya duduk di atas sepeda motor, diam seorang diri sambil memandangi bangunan gereja tersebut. Dari mulai ngayal jadi anak kecil kembali, beranjak ngayal punya duit banyak dan punya villa pribadi yang suasananya nyaman seperti gereja tersebut.
Keliatan nggak sih bangunan gerejanya? |
Oya, sedikit cerita lucu waktu saya di sekitaran Danau Sidihoni, saya bertanya ke seorang pemuda yang tengah mencuci mobil di depan rumah. Saya tanya tentang jalan ke Tomok, apakah bagus dan aman untuk dilewati. Sambil tertawa dia bilang jalannya bagus, tenang saja, kalau masih di area Samosir ini dijamin aman, katanya. Saya cuma menanggapi dengan nyengir aja, mungkin keliatan raut wajah khawatir saya kali yaaak :D
Sempatin buat selfie dulu ah :) |
Sepanjang jalan saya senyum-senyum sendiri mengingat kekhawatiran saya sebelumnya. Jalannya memang sudah bagus, mulus. Beda dengan yang diceritakan di blog yang saya baca. Beberapa kali ke Samosir memang saya lihat banyak pengerjaan jalan dan saluran air di berbagai lokasi. Jalanan mulus ring road dalam ini pun memang masih baru sekali, bahkan sebagian masih dalam tahap pengerjaan (Waktu saya melintas, awal November. Sekarang kemungkinan besar sudah selesai).
Jalanan mulus gaes. Btw walau melintasi hutan gini, selama masih ada tiang listrik mah saya woles, artinya ada desa yang bakal saya lewati :) |
Jalanan pun tak sesepi yang saya bayangkan. Karena walau banyak hutan dan pepohonan, jarak satu kampung dan kampung lainnya nggak jauh. Empat, lima kali tikungan dan hutan (ya sekitar 5-10 menitan lah), udah ketemu kampung lagi.
Anjing dan kerbau di sisi jalan adalah pemandangan biasa di Samosir :) |
Tapi sodara sodara, senyum-senyumnya saya berubah ketika langit semakin gelap, beberapa menit berkendara meninggalkan kampung terakhir yang saya temui, tak terlihat tanda-tanda ada kampung lagi. Pepohononan terlihat semakin lebat dan tinggi di sisi kiri-kanan jalan. Dan, yang semakin membuat raut wajah saya berubah adalah ketika melihat di ujung jalan sana aspal berakhir.
Kendaraan seketika saya hentikan. Celingak-celinguk sendirian sambil dilingkupi was-was. Mungkinkah setelah aspal berakhir di ujung sana jalanan berubah jadi berkerikil dan licin?!
Omegooot,, di ujung sana aspal berakhir! |
Saya diam, menimbang-nimbang, antara melanjutkan perjalanan dan membuang jauh-jauh perasaan ngeri yang muncul ketika melihat rerimbunan pohon. Atau balik arah ke Pangururan dan kembali ke penginapan lewat jalan biasa.
Ketika sedang menimbang-nimbang itulah dari ujung tikungan terlihat seorang pria tengah berjalan. Entah dari mana saya kurang tau, tapi melihat pakaiannya sepertinya dari ladang atau sejenisnya. Saya menghidupkan sepeda motor dan melaju ke arahnya. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah menanyakan jalan ke Tomok.
Ternyata ketakutan saya terlalu berlebihan gaes, karena di balik tikungan itu jalanannya sudah aspal lagi. Kata pria tersebut saya hanya perlu mengikuti jalanan aspal itu saja, tak perlu hiraukan jika ada persimpangan, cukup ikuti jalan besar beraspal saja, bakal nyampe ntar ke Tomok.
Wokelaaah,,, saya pun melanjutkan perjalanan.
Hilangkah rasa was-was saya? Nggak seratus persen gaes. Karena yang saya lewati ternyata adalah Hutan Raya Samosir. Walau jalanannya relative bagus, tapi sunyiiiiik. Nggak saya sarankan untuk lewat sini sendiri, apalagi buat yang penakut atau suka mikir-mikir nggak jelas kayak saya hahahhaaa.
Langit yang mendung sore ini bikin perjalanan saya jadi makin dramatis. Seorang diri melewati jalanan sunyi. Sambil terus melajukan sepeda motor, saya sempatin lirik kiri-kanan. Cukup unik pepohonan di hutan raya ini. Sebelah kanan pepohonannya tipe-tipe yang tinggi menjulang, ramping, dan daunnya berwarna hijau muda. Jadi waktu ngeliatnya kesannya tuh agak cerah gitu dibanding pepohonan sebelah kanan.
Karena emang pepohonan sebelah kanan itu pohonnya cenderung lebih pendek, banyak cabang, dengan dedaunan rapat berwarna hijau gelap. Kesannya rimbun, gelap, dan agak ngeri liatnya kalau sendirian gini. Apalagi beberapa kali jalanan menikung ke kiri, jadi saat akan mencapai tikungan itu yang terlihat di depan mata adalah pepohonan rimbun dan gelap. Ngeri gaes,, ngeri. Terserah lah kalau dibilang lebai, Cuma sayanya jadi kepikiran film-film horor dan film yang settingnya di tengah hutan dan ada penjahatnya gitu hahhahaa.
Jalannya sih bagus, tapi sepiiiiiii banget, jadi agak-agak gimana gitu melintasinya sendirian |
Jujur saat melewati hutan raya ini saya sedikit mengutuk diri akan keputusan bodoh yang saya ambil. Kok ya berani-beranian mutusin buat lewat jalur Ring Roang Dalam Samosir sendirian. Walau nggak sedikit yang bilang jalanan aman dan kondisi jalannya bagus, tetep aja kalau sendirian lewat jalanan hutan begini seram juga.
Untungnya, sebelum pikiran saya semakin melayang kemana-mana, terlihat kendaraan pengaspal jalan dan beberapa pekerja, Alhamdulillah,, selamat,,selamat hahhahaa,, keliatan banget cemennya saya ya gaes. Ngakunya dulu sering naik gunung, camping, giliran ngelewatin jalanan sepi sendirian sekitar 20-30 menitan udah keder :D
akhirnya ketemu perkampungan dan kendaraan pengaspal jalan |
Setelah menemui perkampungan, jalanan mulai menurun, Danau Toba di bawah sana pun mulai terlihat. Melewati jalanan menurun disini musti ati-ati gaes, kalo nggak bisa nyungsep ke jurang hehehee,,, rem sepeda motornya juga musti berfungsi dengan baik. Kemarin saat saya lewat beberapa ruas jalan sedang diperbaiki.
View Danau Toba dari atas sini cakep guys, cuma ya itu tadi, kemampuan memoto saya standar :D |
Selain bonus pemandangan perbukitan dan Danau Toba, jalanan menurun menuju Tomok ini juga ada spot air terjun di pinggir jalan. Lupa nama air terjunnya, cuma gampang banget dijumpai karena letaknya memang di pinggir jalan. Nggak terlalu besar sih debit airnya. Tapi ya lumayan lah percikkannya bikin muka seger lagi.
Air terjun di pinggir jalan |
Dari sini juga ada lokasi buat yang pengen nyoba terjun payung. Saya semangat dong pengen nyoba, etapi ternyata cuma lokasi startnya aja. Peralatan, perlengkapannnya ya bawa sendiri. Ealaaah, kirain emang ada yang sediain kita tinggal bayar gituh.
Akhirnya saya nyampe juga ke Tomok. Makan sebentar, kemudian lanjut ke tempat rental sepeda motor trus ke penginapan.
Bener kata blog yang saya baca itu, mencoba jalur Ring Road Lingkar Dalam Samosir memang merupakan hal gila. Khususnya kalau melakukannya sendirian. Karena kalau berdua atau rame-rame jatuhnya ya asik, secara sekarang jalannya udah bagus. Kalau dulu tantangannya di kondisi jalan, saya tantangannya adalah melawan ketakutan yang dihasilkan oleh pikiran saya sendiri.
Hal gila yang saya lakukan di Samosir, rasanya kalau diingat-ingat lucu juga. Apa jadinya kalau misal jalannya belum bagus dan saya musti melewati Hutan Raya Samosir sendirian dengan kondisi jalan yang jelek. Lha wong jalannya udah bagus gitu aja saya masih was-was.
Oke deh, sampe sini aja cerita saya tentang hal gila yang saya lakukan di Samosir. Kalian yang maen ke Samosir, boleh lah nyobain ring road dalam Samosir ini. Etapi kalau penakut seperti saya ya jangan sendirian, rame-rame lah biar bisa menikmati hijaunya pepohonan Hutan Raya Samosir :D
Kalian, apa hal gila yang pernah kalian lakukan di Samosir?!
Tags:
WISATA INDONESIAKU
0 komentar