AKHIRNYA KE TANGKAHAN! 12 KILOMETER YANG BIKIN PENGEN NANGIS

akhirnya ke tangkahan
Akhirnya ke Tangkahan! 12 Kilometer yang bikin pengen nangis

Akhirnya ke Tangkahan! 12 Kilometer yang Bikin Pengen Nangis : Ke surga itu butuh perjuangan, orang-orang sering berucap demikian ketika menggambarkan menuju suatu tempat indah namun akses kesananya susah minta ampun. Butuh perjuangan yang nggak hanya uang, tetapi juga waktu, tenaga dan pikiran. Kadang ada juga yang musti bertaruh nyawa.


Pengalaman perjalanan saya belumlah banyak. Cenderung yang masih level mudah dilakukan. Nggak sampe bikin kapok lah. Ya meski saya juga pernah tereak-tereak di awal-awal penyeberangan ke salah satu pulau di Kepulauan Karimunjawa. Ombak yang besar ditambah angin kencang membuat saya was-was.


Pernah ngerasain mesin kapal nelayan yang saya tumpangi mati di tengah laut karena rusak, kala itu saat hendak kembali dari Pulau Berhala ke Batubara. Pernah juga seorang diri duduk bersandar di bebatuan karena ngedrop di dekat puncak Gunung Merapi, menahan mual dan pusing.


Beberapa perjalanan memang pernah menghadirkan pengalaman mendebarkan. Antara seru tetapi juga bikin jantungan karena menyangkut keselamatan. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan sekarang. Karena tulisan kali ini adalah tentang perjalanan yang bikin saya pengen nangis. Iya nangis.



Tangkahan yang Selalu Gagal Dikunjungi
Tangkahan, tempat yang satu ini udah lama banget saya tau keberadaannya. Dari jaman-jaman awal kuliah dulu sampe sekarang, sering banget ngerencanain buat ngetrip kesini. Tapi selalu gagal oleh berbagai hal.


Teman-teman dan senior di organisasi kampus yang saya ikuti sering cerita tentang Tangkahan. Pernah juga saya baca tulisan tentang objek wisata yang satu ini di majalah kampus yang kami terbitkan. Tapi saat mereka kesana saya justru tak ikut. Entah karena sebab apa saya lupa. Hanya foto-foto mereka yang saya lihat. Mengesalkan sekali!


Gabung sama kawan-kawan backpacker di Medan, pernah juga beberapa kali merencanakan kesana, dan berujung dengan kata : gagal. Heran, kenapa ya Tangkahan selalu gagal saya kunjungi.


Saking gagal-gagal mulu tiap mau ke Tangkahan, saya sampe pernah males ngerencanain buat kesana. Males woro-woro ataupun ngajakin teman kesini. Males nanya-nanya info penginapan ataupun tempat yang asik disini. Soalnya percuma, direncanain gimanapun tetep aja gagal ke Tangkahan.


Tapi sepanjang tahun 2017 entah kenapa wacana ke Tangkahan ini kembali muncul. Saya pikir bisa lah saya rencanain kesana, siapa tau kali ini berhasil. Eh tetap aja gagal. Dari mulai rencana bareng seorang kawan dari Banda Aceh, kawan komunitas Sheilagank Sumut, kawan komunitas Blogger, sampai kawan komunitas Female Traveler, semuanya gagal. Tangkahan sepertinya terlalu sombong terhadap saya -_-


Dan giliran saya sedang perjalanan pulang kampung untuk merayakan libur pergantian tahun bareng keluarga di kampung, saat itu seorang kawan mengundang untuk tahun baruan gratis di Tangkahan. Saya juga disuruh ngajak temen blogger lainnya. Huaaa,,,, kenapa dadakan? Kenapa saat saya pulang kampung? Kenapa tujuannya ke Tangkahan? Kan bikin nyesek karena udah pasti saya nggak bisa.


Saya akhirnya mencoba legowo, dan bantuin tuh temen buat ngumpulin rekan-rekan blogger buat diajak taun baruan disana. Ikhlas saya ikhlas,, hiks!



Akhirnya ke Tangkahan!
Tapi akhirnya jadi juga saya ke Tangkahan, Maret lalu. Jangan tanya rutenya karena sudah pasti saya nggak bakal hafal. Yang saya ingat dari Medan kita bergerak ke Stabat, masuk ke Sawit Sebrang, kemudian mengikuti penunjuk jalan karena memang ada di beberapa titik terdapat plang yang menunjukkan arah ke tempat wisata ini.


12 kilometer yang bikin pengen nangis
Jalanan beraspalnya sih oke lah ya. Walaupun ada beberapa tempat yang aspalnya berlubang-lubang. Tapi yang berasa capek banget itu waktu menempuh 12 kilometer jalanan tanah berbatu yang kiri-kanannya perkebunan sawit. Omegoot… 12 kilo dengan kondisi jalanan seperti itu nguras tenaga dan berasa lamaaa banget nyampenya. Padahal nih ya, saya juga orang kampung loh. Kampung saya jalannya juga ya sebelas dua belas lah sama kondisi jalanan ke Tangkahan ini. Sama-sama kiri kanannnya perkebunan kelapa sawit juga *heran deh kenapa perkebunan milik negara yang penghasilannya nggak perlu ditanya itu kok ya nggak pernah kepikiran buat memperbaiki akses jalan ke kampung kami -_-*


Yang ngebedain jalanan ke kampung saya dan jalan ke Tangkahan paling cuma parit di sisi jalan yang kalau ke arah Tangkahan itu airnya bening bikin pengen nyebur. Lah iya, kitanya pas lagi lelah-lelahnya, rasanya mau nangis liat jalan di depan kok ya batunya nongol-nongol semua, bikin efek kendaraan dan badan mau rontok rasanya. Nah pas saat begitu kita liat ada orang nyuci kereta (sepeda motor) di parit. Liat airnya bening dan seger banget kayaknya. Kita pun jadi seneng karena mikir pasti udah deket lagi, eh rupanya ya nggak bisa dibilang dekat juga :D


Baca juga : Waktu-Waktu Spesial untuk Mendapatkan Tiket Kereta Api


Perbedaan lainnya adalah, jalanan tanah berbatu yang menuju kampung saya itu ya cuma menuju kampung saya *dan kampung-kampung lainnya*. Tidak ada tempat wisata apa-apa disana selain kampung, kebun, dan perumahan untuk karyawan yang kerja di kebun. Sementara jalanan berbatu 12 kilometer yang bikin saya pengen nangis ini selain menuju ke perkampungan, juga menuju ke Tangkahan, destinasi wisata yang banyak diminati orang luar *luar Sumut dan luar negeri*.


Dan kenyataan bahwa jalanan berbatu sepanjang 12 kilometer itu adalah jalan menuju destinasi wisata yang dari dulu udah jadi idolanya para bule, saya rasanya pengen nangis. Sumpeeee…. Rasanya ini jalan kok ya lama banget sampenya. Jangan-jangan nyasar. Jangan-jangan nggak 12 kilometer. Jangan-jangan plang penunjuk yang bilang 12 kilo itu cuma boongan, untuk menyamarkan jarak 24 kilo, atau bahkan 34. Jangan,,jangaaaaan,,, ah jalanan berbatu yang bikin badan mau rontok ini ternyata juga ikut merontokkan pikiran-pikiran positif di kepala saya. Berganti jadi pikiran negative dan perasaan kesel pengen nangis saking berasa jauhnya.

12 kilometer yang bikin pengen nangis
12 Kilometer berbatu dan di beberapa tempat ada yang becek begini yang bikin pengen nangis saat perjalanan ke Tangkahan :D

Beberapa kali tanya orang karena takutnya nyasar. Tapi ternyata ya emang itu jalannya. Emang belum nyampe Tangkahannya. Hmm,,, saking nggak sabarnya, kendaraan yang tadinya berjalan lambat supaya nggak berasa banget goncangannya, kita putuskan buat tarik gas. Terguncang terguncang deh gapapa. Nggak sabar sayanya. Roda-roda kendaraan yang berjalan lambat untuk memilah batu kerikil mana yang bisa dilewati itu sukses membuat saya merasa dunia berputar berkali-kali lebih lambat dari biasanya.


Nemu perkampungan. Yess,,, akhirnya sampai! Tapi ternyata belum sodara-sodara. Mesin kendaraan masih harus dalam posisi on karena perjalanan masih harus berlanjut. Baiklah. Saya menarik napas panjang dan berharap semua kepenatan menghilang. Tangkahan, sebegininya ya untuk bisa menjejakkan kaki di tanahmu.


Tak begitu jauh dari perkampungan itu, akhirnya sampai juga ke Tangkahan, destinasi wisata yang terkenal dengan keasrian alam dan konservasi gajah. Sampai juga saya disini. Tapi drama masih berlanjut. Kali ini drama mencari plang nama penginapan yang setelah dijalani sampai ke ujung tak jua ditemukan.


Tapi sudah lah, lain waktu saja saya ceritakan. Sudah cukup lelah dengan jalanan 12 kilometer berbatu itu.  Apalagi setelah pulangnya kami tau kalau ada jalan potongan yang lebih dekat. Tak harus melewati 12 kilometer dengan kondisi jalanan berbatu yang bikin putus asa itu. Jalanan tanah kecil di antara pepohonan sawit. Lebih cepat memang. Tapi jika musim hujan sepertinya tidak dianjurkan lewat jalan potongan ini. Karena bisa dipastikan jalannya licin dan becek.


Akhirnya ke Tangkahan! 12 Kilometer yang Bikin Pengen Nangis, saya nggak kapok ke Tangkahan walau pengalaman pertama kesana bikin saya pengen nangis. Saya masih pengen ke Tangkahan lagi. Tapi semoga kalau kesana lagi jalannya udah bagus, biar nggak ada lagi perasaan putus asa sampe pengen nangis saat melewati jalanan berbatu itu. Karena bagaimana pun, untuk ukuran destinasi wisata yang sudah dikenal nasional bahkan internasional, rasa-rasanya kok miris lihat akses jalan kesananya.

Share:

0 komentar