PENGALAMAN BERKUNJUNG KE MUSEUM RAHMAT GALERI BERSAMA BULE JERMAN

pengalaman berkunjung ke museum rahmat galeri bersama bule jerman
Pengalaman berkunjung ke museum rahmat galeri bersama bule Jerman

Pengalaman Berkunjung Ke Museum Rahmat Galeri Bersama Bule Jerman - #SatuHariSatuKaryaIIDN : Museum mungkin bukanlah tujuan wisata menarik bagi masyarakat Indonesia. Terbukti banyak museum di Indonesia yang sepi pengunjung. Entah memang penyajiannya yang kurang menarik atau memang masyarakatnya yang belum sadar kalau mengunjungi museum itu bikin pengetahuan kita nambah.


Berbeda dengan kita, orang Eropa kayaknya termasuk turis yang suka ke museum. Makanya kemarin pas saya nemenin bule Jerman yang lagi maen ke Medan, salah satu tempat yang saya rekomendasikan adalah museum.


Jadi ceritanya adek stambuk saya waktu kuliah dulu, yang sekarang sedang mengadu nasib di Jerman, punya temen yang lagi maen ke Medan. Nah dianya minta tolong saya buat nemenin tuh bule city tour di Medan. Saya awalnya ragu sih karena jujur saya udah lupa bahasa Jerman karena lama banget nggak dipraktekkin. Tapi ini adek stambuk bilang gapapa, ini bule orangnya asik dan bisa bahasa Inggris kok, jadi bisa ngobrol pake bahasa Inggris *masalahnya bahasa Inggris saya juga ancur hahahha*. Cuma ya karena dianya minta tolong dan kebetulan di tanggal si bule maen ke Medan sayanya emang nggak ada agenda, jadilah saya iyain.


Sebelum ketemu, kita udah terlebih dahulu komunikasi lewat WA. Saya pun merekomendasikan beberapa tempat, salah satunya Museum Rahmat Gallery. Ternyata dianya browsing tentang tuh museum dan tertarik maen kesana.


Dari hotel Arya Duta tempatnya menginap, kami naik grabcar ke Museum Rahmat Shah Gallery. Nyampe disana kita langsung ke tempat pembelian tiket. 200 ribu untuk dua tiket. Tiket saya 50 ribu, sementara tiketnya si bule 150 ribu. Iya disini tiket masuknya beda antara turis domestik dan internasional.


Gimana isi Rahmat Shah Gallery sebenarnya udah pernah saya ceritakan di postingan saya dulu. Jadi kali ini saya ceritain singkat aja ya. Jadi “Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery ini isinya adalah aneka spesies hewan liar yang diawetkan. Tiga perempat isinya merupakan sumbangan dari berbagai taman hewan dan juga dari teman-temannya si owner, Rahmat Shah. Nah seperempatnya lagi adalah hasil buruan beliau.


Sambil melihat-lihat isi museum, saya cerita ke si bule Jerman tentang museum dan profil singkat Rahmat Shah yang emang dikenal hobi berburu. U know, si bule ini excited banget liat isi museum. Ngeliat hewan-hewan dari yang kecil sampe yang gede. Dari hewan lucu sampe hewan buas.


Kalau pengunjung lain sibuk foto-foto dengan latar belakang hewan-hewan yang diawetkan itu, si bule justru larut memperhatikan tiap detil koleksi. Saya tawarkan untuk mengambil fotonya di tiap room yang kami lewati tapi dia sering nolak. Cuma 2 kali dia mau difotoin. Di room big five sama di ruangan yang memajang aneka jenis beruang dari berbagai negara. Jadi seringnya saya cuma candid aja :D

museum rahmat shah galeri
Anteng liatin Big Five


rahmat shah museum galeri
Bear room, disini terpajang aneka jenis beruang


So, apa aja yang si bule lakuin di museum? Dia asik nyocokin antara nomor yang tertera di tiap hewan yang diawetkan dengan daftar informasi yang ada. Pas liat hewannya, dia nebak itu hewan apa, trus liat nomornya, kemudian liat daftar informasinya, bener atau nggak tebakannya. Kalau ada hewan yang dia nggak tau itu hewan apa, dia bakalan liat nomor yang tertera, trus jalan lagi ke papan informasi yang tertera di tiap room. Trus manggut-manggut. Sambil cerita ke saya : ini di negara saya juga ada, yang ini nggak ada, loh yang itu asalnya dari situ ya, ya gitu-gitu deh kira-kira obrolannya dia.

bule jerman ke museum rahmat galeri
Pengunjung lain asik berfoto, si bule Jerman asik liatin papan informasi


Tapi ada sih momen yang paling membekas diingatan saya waktu dia nanya itu si owner kok boleh berburu. Saya jelasin *sesuai yang saya baca* kalau beliau mempunyai izin berburu yang diperbolehkan sesuai syarat organisasi internasional. Istilahnya berburu legal gitu deh, seperti yang saya ceritakan di postingan dulu.


Baca juga : Galeri Rahmat Shah


Dianya berulangkali geleng-geleng kepala dengan ekspresi yang sulit saya mengerti. Dia mandangin salah satu hewan yang ada *saya lupa hewan apa*, dia pandangin wajah dan matanya terus bilang kurang lebih begini :

“Lihat ekspresi dan matanya, inilah tatapan matanya sebelum meninggal. Bagaimana dia *si pemburu* bisa tidur nyenyak. Apa dia nggak nggak terbayang-bayang?”


Saya cuma nyengir aja dia bilang gitu. Kemudian dia ngomong lagi :

“Dia benar-benar orang…” kalimatnya menggantung, tapi kepalanya menggeleng dan kedua bahunya naik ke atas, seolah menunjukkan ekspresi bergidik ngeri dan takut. Lagi-lagi saya cuma nyengir aja menanggapinya, soalnya saya juga nggak tau musti jawab gimana hahhahaaa


museum rahmat galeri
Perhatikan tatapan matanya

Kami cukup lama disini mengitari tiap ruang yang ada. Si bule terlihat betah melihat-lihat aneka hewan yang diawetkan. Saya sih cuma ngekor aja kemana dianya melangkah. Sambil curi-curi fotoin dia dan nanggepin tiap dia ngajak ngobrol. Obrolan tentang tatapan mata hewan-hewan yang diawetkan menjadi tema yang sering kami perbincangkan. Selain itu, tema tentang asal hewan-hewan tersebut juga menjadi hal menarik bagi si bule. Saya mah cenderung mengikuti aja kemana arah dia ngobrol. Sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia lontarkan.


Oya, selain koleksi hewan yang diawetkan, mosculas dan skeleton, di Rahmat Shah Gallery ini juga banyak memajang foto sang owner dengan orang-orang popular dari berbagai penjuru dunia, baju bola beserta tanda tangan yang dibingkai, juga poster filmnya mbak cantik Raline Shah yang emang anaknya Rahmat Shah.


Nah pas liat poster salah satu filmnya Raline Shah ini si bule kembali nanya sambil nunjukin ekspresi heran, sebenarnya ini museum atau apa sih. Kok kayak nggak fokus gitu, sampe ada baju bola lah, poster film lah. Saya lagi-lagi cuma nyengir tapi kali ini nyoba jawab, dari namanya kan museum dan galeri, jadi ya mungkin foto-foto, poster, dan tanda tangan pemain bola itu masuk dalam kategori galeri. Trus itu Raline kan anaknya, ya mungkin sebagai bentuk dukungan ayah ke anaknya makanya ada poster filmnya disitu. Si bule tetep kekeh bilang kalau tetep aja jadi aneh dan nggak sesuai namanya : wildlife museum & gallery.

galeri rahmat shah
Kayaknya selain hobi berburu, sang owner hobi bola juga :)


Oya, sepanjang kami mengitari museum Rahmat Shah ini, ada beberapa pengunjung lain selain kami. Tapi nggak banyak sih karena memang kemarin kita kesana pas baru buka. Saya jadi senyum-senyum sendiri karena keliatan banget bedanya turis domestik ama internasional. Turis kita dikit-dikit foto. Ada juga beberapa yang bolak-balik deket-deket kami terus. Grasa-grusu kayak pengen kenalan tapi malu. Saya nebak pasti pengen foto bareng, eh ternyata bener hahahaaa


Yah, begitulah cerita saya tentang Pengalaman Berkunjung Ke Museum Rahmat Galeri Bersama Bule Jerman. Kalian pernah nemenin bule ke museum? Gimana pengalamanya?

Share:

3 komentar

  1. Baru tahu Raline Shah anaknya Rahmat Shah..:D

    Saya ke sini tahun 2002, Mbak. Seingat saya belum ada yang bagian bola ini..
    Jadi saya setuju, sama si bule kenapa ada penambahan bagian itu di situ...hihihi..secara enggak nyambung sama judul museum. Harusnya bikin algi satu museum Pak Rahmatnya...

    BalasHapus
  2. Haha... Yups... Itulah bedanya turis domestik n bukan domestik... Kalau turis domestik tujuannya ke museum adalah memenuhkan memeori kamdra buat di aplod di sosmed... Kalau yg bukan domestik... Tujuannya buat main tebak2an sama dirinya sendiri... 😆

    BalasHapus
  3. Haha... Yups... Itulah bedanya turis domestik n bukan domestik... Kalau turis domestik tujuannya ke museum adalah memenuhkan memeori kamdra buat di aplod di sosmed... Kalau yg bukan domestik... Tujuannya buat main tebak2an sama dirinya sendiri... 😆

    BalasHapus