SAYA ADALAH AKU

saya adalah aku
Saya adalah Aku

Saya adalah Aku : Saya adalah Aku, pada bingung yabaca judulnya. Sama, saya juga bingung mau memberi judul apa postingan kali ini. Tapi daripada bingung-bingung trus nggak diposting-posting, ya tak apalah judul yang membingungkan ini pun saya pakai.


Cerita-cerita masalah judul tulisan. Dari dulu sepertinya memang kelemahan saya untuk membuat judul tulisan yang ear chatching dan menarik orang untuk membaca isi tulisannya. Saya ingat banget dulu waktu kuliah dan lagi rajin-rajinnya ngirim tulisan ke media massa.


Ada beberapa tulisan saya yang terbit dan diubah judulnya oleh redaktur. Isinya nggak ada yang diubah, cuma judulnya aja. Khususnya judul cerpen. Dan memang saya suka sih sama judul ubahan sang redaktur. Karena memang sejak awal cerpen itu dibuat saya kesulitan menentukan judul yang menarik untuk karya saya tersebut. Hal ini bukan hanya terjadi sekali saja, tapi beberapa kali. Dari situ saya menarik kesimpulan bahwa saya memang kurang mahir membuat judul tulisan yang menarik.


Oke balik lagi ke judul tulisan ini: Saya adalah Aku, apa sih maksudnya?! Hahhaahaa,,, entahlah, jangan terlalu serius dan meminta penjelasan detil. Karena saya pun memang sekedar asal saja membuat judul tulisan ini.


Saya adalah Aku, yang jelas kedua kata ini: saya dan aku adalah kata ganti untuk menunjukkan orang pertama tunggal. Nah berkaitan dengan hal tersebut, tulisan ini saya beri judul demikian karena memang ini tentang bagaimana kedepannya saya menyebutkan diri saya sebagai penulis dalam bercerita di blog ini.


Selama ini dalam blog saya menggunakan kata “saya” untuk menyebut diri pribadi. Kalau ditanya alasannya, saya pun tak tau pasti. Tau-tau saya sudah menggunakan kata ganti tersebut dalam tiap tulisan di postingan blog ini yang kemudian saya putuskan untuk menggunakannya hingga saat ini.


Tak ada yang salah dengan kata ganti “saya”. Hanya saja, dalam beberapa tulisan, semisal ketika saya ingin membuat tulisan yang ingin saya dedikasikan ke seseorang yang dekat, atau sedang ingin berpuitis ria, kata “saya” untuk menggantikan diri ini rasanya kok ya janggal. Mungkin karena memang dalam keseharian, dengan orang-orang terdekat saya biasa menyebut diri dengan “aku”. Kecuali dalam acara-acara formal atau pada atasan di kerjaan, barulah pakai kata “saya”.


Selama ini saya konsisten menggunakan kata ganti “saya” dalam tulisan-tulisan di blog. Tapi entah kenapa sejak setahun belakangan saya terpikir untuk menggunakan kata “aku”. Alasannya ya itu tadi, ada tulisan-tulisan yang urung saya posting karena dalam tulisan tersebut saya menggunakan kata “aku”. Sementara jika diubah menjadi “saya” justru seperti kehilangan ruh tulisan itu sendiri. Kalo bahasa ringannya nggak dapat feel tulisannya.


Kalau kalian perhatiin postingan-postingan saya sekitaran Oktober tahun lalu, ada beberapa tulisan pendek saya yang menggunakan kata ganti aku dalam menyebutkan diri. Tulisan yang kemudian jadi pikiran saya juga, jadi nggak konsisten dong kalau sebentar-sebentar pakai saya, sebentar-sebentar pakai aku.


Saya adalah Aku, postingan kali ini merupakan momen dimana saya ingin mengganti kata tersebut menjadi aku. Tak ada alasan khusus, hanya saja entah kenapa kata “aku” terdengar lebih dekat ketimbang “saya”. Saya terkesan lebih formal, ya walaupun juga lebih professional kedengarannya.


Cukup lama saya menutuskan ini. Kemarin bahkan sampai buat status di facebook. Ingin tau pendapat kawan-kawan facebook mana yang lebih mereka suka ketika membaca sebuah tulisan, kata ganti “saya” atau “aku”.


Jawabannya beragam sih. Alasannya pun beragam. Ada yang lebih suka menggunakan kata”aku” karena menurutnya lebih ramah, santai, dan merakyat. Ada juga yang lebih suka menggunakan “saya” dengan alasan terdengar lebih sopan. Tapi ada juga yang suka keduanya, menggunakannya sesuai situasi dan kondisi katanya.


Saya pun kepikiran juga untuk menggunakan keduanya dalam blog ini. Tapi ya itu tadi, rasanya kok ya nggak konsisten.


Dan berhubung saya juga sedang dalam fase butuh suasana baru. Nggak hanya dalam blog, dalam kehidupan sehari-hari juga. Saya lagi bosan dengan rutinitas. Bosan dengan suasana rumah. Pokoknya sedang dalam kebosanan akut.


Saya butuh suasana baru. Butuh bercerita dengan ber”aku” ria. Jadi saya putuskan saja untuk mulai saat ini menggunakan kata “aku” dalam penyebutan diri saya di tiap tulisan di blog ini. Mulai sekarang dan kedepannya.


Entah sampai kapan si “aku” ini akan dipakai, saya pun tak tau pasti. Yang jelas mau pakai “aku” ataupun “saya”, diri ini tetaplah si Perempuan November, perempuan banyak maunya yang masih terus belajar dan berbenah diri.


Saya adalah aku, Perempuan November.

Share:

0 komentar