BINCANG-BINCANG DENGAN SUTRISNO “TRIS MANGROVE”, SOSOK DI BALIK WISATA MANGROVE KAMPUNG NIPAH - SERDANG BEDAGAI

pantai mangrove
Bincang-bincang dengan Sutrisno "Tris Mangrove", sosok dibalik wisata mangrove Kampung Nipah _Serdang Bedagai

Bincang-Bincang dengan Sutrisno "Tris Mangrove", Sosok di Balik Wisata Mangrove Kampung Nipah - Serdang Bedagai : Di blog saya ini, seenggaknya ada dua postingan yang menyangkut Pantai Mangrove di Serdang Bedagai. Yang pertama saat pergi berdua dengan seorang kawan. Kemudian saat wisata bareng kawan-kawan Blog M (Blogger Medan) pada Desember tahun lalu.


Ngobrolin Pantai Mangrove ini asik. Nggak hanya tentang pantainya yang indah, tetapi juga kalau bicara tentang sejarah awal adanya pantai ini. Emang sejarahnya gimana? Baca aja postingan ini sampe akhir biar tau ehehehee…


Okeh, jadi di postingan kali ini saya mau sok-sok’an jadi wartawan, ngobrol-ngobrol sama Pak Sutrisno, sosok yang berada di balik Wisata Mangrove Kampung Nipah. Selamat membaca :)

Sosok di balik wisata mangrove kampung nipah
Sutrisno "Tris Mangrove"

Nama : Sutrisno “Tris Mangrove”
Posisi : Ketua Koperasi Muara Baimbai
Lahir : Alur Merbau, 11 September 1976
Pendidikan : SLTA


Besar di daerah pesisir laut dan menyaksikan sendiri bagaimana dampak kerusakan lingkungan di tempat tinggalnya membuat Sutrisno sadar harus melakukan sesuatu. Bersama istrinya, Jumiati ia mulai menanam mangrove. Merekapun mengajak warga di sekitar untuk bersama-sama menanam mangrove dengan tujuan konservasi. Seiring berjalannya waktu, bersama warga yang tergabung dalam Koperasi Muara Baimbai, mereka mengembangkan wisata berkonsep ecotourism bernama “Wisata Mangrove Kampoeng Nipah”


Bagaimana awalnya hingga wisata mangrove Kampung Nipah ini berdiri, Pak?
Awalnya Desa Nagalawan ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang luar biasa. Tahun 80an masuk industri tambak udang yang kemudian membabat hutan mangrove. Tahun 90 mulai terjadi abrasi pantai, nelayan mulai sulit menangkap ikan dan udang, dampak dari penggundulan hutan tersebut. Situasi tersebut menjadi salah satu faktor dari kemiskinan nelayan. Tahun 2004 saya dan Buk Jumiati istri saya mulai menanam mangrove dan mulai membentuk kelompok nelayan dan kelompok perempuan Muara Tanjung. Tahun 2009 kelompok mulai memproduksi makanan olahan dari mangrove dan tahun 2011 mulai memanfaatkan hutan mangrove sebagai wisata hingga sekarang melalui Koperasi Muara Baimbai yang dibentuk tahun 2011.

Baca juga : Menikmati Wisata Pantai Mangrove Kampung Nipah - Serdang Bedagai


Berarti Bapak merupakan salah satu orang yang merasakan langsung imbas dari kerusakan lingkungan akibat alihfungsi lahan?
Saya lahir di Langkat. Tamat SD pindah ke Nagalawan sebab ibu dan nenek saya asli kelahiran sini. So pasti saya merasakan langsung. Itu juga yang memicu untuk menanam mangrove. Bangkit dari keterpurukan ekonomi dengan melibatkan masyarakat nelayan di kampung kami.


menanam mangrove
merasakan langsung imbas alih fungsi lahan mangrove membuat Tris tergerak untuk menanam mangrove


Dampak positif apa yang dirasakan dari sebelum menanam mangrove dengan setelah menanam mangrove?
Pertama, nelayan sudah tidak sulit menangkap ikan. Kedua ,masyarakat sadar tentang pentingnya mangrove. Ketiga, bertambahnya penghasilan nelayan dengan adanya wisata mangrove dan pengolahan produk berbahan mangrove.


Darimana ide awal untuk menanam mangrove?
Almarhum orangtua saya dulu juga penggerak lingkungan di Nagalawan tahun 1993an.


Nah, awal menanam mangrove, bagaimana respon orang-orang sekitar?
Mencemooh, bahkan dianggap gila, kurang kerjaan. Giliran sudah kelihatan berhasil membangun wisata, orang yang mencemooh malah mau merebut lahan yang kami kelolah.


Lalu apa yang Bapak lakukan?
Saya dan kawan-kawan terus bekerja tanpa pamrih dan ingin membuktikan bahwa yang kami lakukan pasti berhasil. Hingga sekarang.

pantai mangrove
bergerak bersama masyarakat yang mau peduli

Pernah merasa lelah dan ingin berhenti?
Pernah, ketika banyaknya tekanan dari kelompok-kelompok lain yang tidak mendukung. Terutama mereka yang ingin merebut apa yang telah kami bangun. Tapi semua bisa ditepis berkat komitmen kawan-kawan komunitas yang solid dan terus mendukung langkah yang kami tempuh. Terutama istri yang selalu kuat mendampingi dan menghadapi masalah bersama-sama.



Tadi Bapak katakan tahun 2011 mulai mengembangkan wisata mangrove. Ini ide darimana sampai kepikiran menjadikan mangrove sebagai wisata?
Sejak awal menanam sudah mulai kepikiran untuk wisata mangrove. Selain itu saya juga melihat di luar daerah, pemanfaatan hutan sebagai wisata, selebihnya kami kembangkan berdasarkan kemampuan kami sendiri.


Sejauh ini, dalam pengembangan wisata, adakah hal-hal yang menghambat, ataupun masalah-masalah yang pernah dihadapi?
Terutama mengenai kapasitas SDM kami. Perlu banyak belajar mengenai banyak hal. Terutama IT dan manajemen. Kami sering bekerjasama dengan kawan-kawan kampus dan aktifitas untuk membantu kami. Pengembangan infrastruktur wisata juga menjadi salah satu kendala.

Baca Juga : Wisata Mangrove Bareng Blog M


Kalau respon wisatawannya sendiri bagaimana?
Segmen pasar kita adalah pelajar dan mahasiswa serta wisatawan yang konservasionis. Kami juga berupaya menularkan pentingnya mangrove kepada wisatawan melalui event maupun himbauan yang kami buat di lokasi wisata.
sosok di balik wisata mangrove kampung nipah
Masih banyak mimpi dan perjuangan yang harus dilakukan, semangat Pak Tris!

Oke, 1 pertanyaan terakhir. Apa harapan Bapak ke depan?
Menjadikan wisata mangrove menjadi wisata internasional. Mangrove tetap terjaga dan pendapatan masyarakat nelayan semakin meningkat.



Guys, saya selalu bersyukur ketika bisa kenal dan berbincang dengan orang-orang inspiratif seperti pak Tris dan istrinya ini. Cuma kemarin memang kesempatannya ngobrol sama Pak Trisnya doang, sama istrinya cuma kenalan doang, nggak ngobrol. Mereka pasangan yang keren menurut saya, sama-sama memiliki kepedulian terhadap sekitar, saling mendukung dan tak menyerah saat banyak yang mencemoh.


Kita mungkin belum bisa berbuat seperti mereka, tapi seenggaknya kita dukung perjuangan mereka dengan perilaku-perilaku positif, misalnya saja dengan nggak membuang sampah sembarangan dimanapun berada, khususnya waktu maen di pantai. Dan buat kalian yang mungkin kepikiran mau usaha tambak ikan/udang dengan mengalihfungsikan hutan mangrove, pikir-pikir lagi deh, dampak negatifnya banyak ciiin :D


Sekian Bincang-Bincang Dengan Sutrisno “Tris Mangrove”, Sosok Di Balik Wisata Mangrove Kampung Nipah -  Serdang Bedagai. Kalian pernah ngobrol dengan pak Tris atau dengan sosok inspiratif lainnya? Gimana kesannya?!



NB : Foto-foto adalah hasil jepretan Robby Subrata

Share:

18 komentar

  1. Dilihat dari pertanyaan-pertanyaannya, sudah layak jadi wartawan bang hehe....Salam kenal....

    BalasHapus
  2. Salut sama pak tris dan istri bisa tetep kekeh meski badai menghadang. Membuat kawasan wisata baru pasti gak mudah, tapi salut bisa tetep semangat

    BalasHapus
  3. Mangroove tuh bentuknya ndak membuat indah sih ya, jadi ketika mereka hilang orang-orang kebanyakan ndak peduli. Cuma sekian orang saja yang aware seperti Pak Trisno. Padahal peranan mangroove itu vital banget.

    BalasHapus
  4. Saya suka banget kalau lagi jalan-jalan ke hutan mangrove. Makanya sangat disayangkan kalau ada orang yang menyepelekan mangrove. Sebaliknya sangat kagum sama yang peduli banget dengan mangrove. Salut buat pak sutrisno.

    BalasHapus
  5. Wah menarik sekali insight yang diberikan oleh Pak Tris. Dulu aku ikutan menanam mangrove, dan mereka juga cerita gimana susahnya membangun "lingkungan" yang ramah lingkungan. Semangat terus Pak Tris!

    BalasHapus
  6. Sebenarnya mangrove atau bakau itu memiliki banyak manfaat, seperti penahan ombak, mencegah abrasi, tempat berkembang biaknya berbagai jenis burung, sampai menjadi tempat wisata. Namun dgn tampilan yg "terlihat biasa" membuat bakau dipandang sebelah mata, dan dibabat utk tempat ug lebih berguna seperti tambak udang dsb. Padahal sesungguhnya bakau pun menyediakan banyak udang, kepiting bakau yg besar, sampai berbagai jenis ikan yg bisa dimakan.

    Alangkah senangnya, jika ternyata sudah banyak orang yg peduli terhadap hutan mangrove seperti bang tris mangrove.

    Sepeerti halnya cermin, alam akan memberikan apa yg diberikan manusia kepada cerminnya. Manusia memberi senyuman, alam akan memberi senyuman lewat berbagai keramahan dan kebaikannya, begitu pula sebaliknya

    BalasHapus
  7. Terima kasih Pak Sutrisno. Berkat jasa bapak, bumi ini paling tidak bisa bernafas lagi. Semoga spiritnya untuk menjaga bumi bisa menginspirasi kami2 yang masih sering boros tissu dan menghabiskan lahan rumah tanpa menyisakan sepetak untuk menanam pohon. Atauu.. yang masih suka membuang sampah sembarang di pinggir2 pantai. :((

    BalasHapus
  8. Wah ini keren ya, diawali oleh tindakan individu, kemudian mengajak yg lain. TP yg ga keren, yg awalnya cemooh, eh akhirnya malah pengen ngerebut.

    Aku pernah jg pergi ke desa wisata mangrove tapi di Semarang. Waktu itu menyusurinya pakai kapal kecil trus sampai ke pantai. Kenapa ditanami mangrove, ya intinya sih sama, abrasi dari laut, makanya pas wisata ke sana, kita juga diajak untuk menanam tanaman mangrove :)

    BalasHapus
  9. Keren sekali Pak Tris...begitu peduli dengan lingkungan sekitarnya. Salut dengan perjuangan beliau menghadapi orang-orang yang berseberangan.
    Semoga semakin banyak orang yang seperti Pak Tris, yang peduli dengan lingkungan sekitarnya.

    BalasHapus
  10. luar biasa sekali bagaimana seseorang menginspirasi lewat manggrove. Saya berharap di Kalimantan Barat juga banyak sosok seperti ini karena manggrove juga jadi sesuatu yang sedang digalakkan

    BalasHapus
  11. Sosok yang inspiratif, peduli dan jeli melihat potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan menjadi wisata. Semoga makin banyak sosok yang peduli pada lingkungan dan nelayan.

    BalasHapus
  12. Saya jg paling seneng berwisata ke mangrove .. kalau di Jakarta dekat sama PIK klo di Jogja ya di dekat Parangtritis .

    Sukses pak Tris, semoga harapannya segera tercapai

    BalasHapus
  13. Apa yang dilakukan Pak Tris ini lebih dari sekadar inspiratif kalau menurutku. Beliau tidak hanya membuat kagum, tapi sudah sampai pada tahap menggerakan warga dalam komunitasnya untuk membangun mangrove itu bersama. Keren. Dan kalau melihat beliau masih mengalami kendala soal TI dan manajemen, kawasan mangrove di desa Nipah tersebut pasti jadi sasaran empuk bagi para mahasiswa KKN. Hehehe.

    BalasHapus
  14. Lucu di bagian cerita bagaimana tanggapan orang-orang terhadap apa yant beliau lakukan. Kenapa, ya, banyak sekali orang yang mencemooh orang lainnya yang melakukan hal berbeda dari apa yang biasa mereka lakukan? Padahal, kan, berbeda bukan berarti salah dan pantas untuk dicemooh. Ketika sudah jelas berhasil aja, baru deh wkwkwk salut dengan apa yang dilakukan oleh Pak Tris ini. Aku juga suka main ke taman mangrove yang di PIK, Jakarta. Semoga ke depannya akan lebih banyak Pak Tris yang lain supaya alam Indonesia makin bisa diberdayakan dengan baik. Aamiin.

    BalasHapus
  15. Semua ini dimulai dengan keserakahan manusia atas alam, serem sebenernya kalau udah inget murka alam. Kalau di Desa Nagalawan masalahnya adalah abrasi sehingga kesulitan menangkap ikan, kalau di Bandung hutan dibabat dijadikan vila kemudian banjir datang selalu setiap hujan besar. Sedih. Semoa orang2 seperti Pak Tris ini bertambah.

    BalasHapus
  16. Penuh perjuangan banget ya bapak yang satu ini. Lahir di daerah tersebut menyaksikan kerusakan yg diterima dan ia berusaha menanam kembali tanaman mangrove supaya pantainya kembali hidup salut sama bapak yang satu ini

    BalasHapus
  17. keren pak trisno, disaat sekitarnya tidak peduli dengan lingkungan, beliau tetap peduli.

    dan nggak mendengarkan cibiran orang, nggak dibawa baper, tetep fokus sama apa yg dikerjakan,
    semangat pak.

    BalasHapus
  18. Aku makin penasaran dengan kawasan wisata nipah ini Kak diah. Dan salut banget dengan Pak Tris, semoga daerah lain bisa mengikuti kiprah beliau ya. Salam kenal pak tris

    BalasHapus