CEMBURU BUTA?!

cemburu buta

Cemburu Buta - Perempuan November : Pernah cemburu atau curiga kalau orang yang kalian sayang mulai tak setia? Apa yang kalian lakukan jika mengalami hal tersebut? Marah sama orang yang kalian curigai sebagai selingkuhan pacar kalian? Atau ngurung diri di kamar, nggak mau makan selama seminggu *ini mah drama banget*.

Saya kesel. Saya tau kalian nggak nanya, tapi saya kasi tau kalau saya lagi kesel. Kali aja ada yang niat melucu.

Sedikit cerita ke belakang. Beberapa temen sempat tanya kenapa saya jarang komen atau like status mereka *bahkan ada yang inbox nyuruh saya komen dan like statusnya. Maksa banget yaaak*. Saya juga jarang banget add akun sosial media orang lain kalau nggak di-add duluan. Biasanya saya jawab asal : “iya, maklumlah, aku kan sombong orangnya”, terus direspon dengan mimik wajah nggak suka mereka karena jawaban saya hhhehee. Kalau sekarang, saya udah lumayan mau like and comment status temen :D.

Sebenarnya, salah satu alasan kenapa saya malas komen atau like apapun yang dibagi orang di sosial media mereka adalah karena saya kapok ‘dilabrak’ orang dengan alasan yang kurang berdasar menurut saya.

Jadi sejak awal sebenarnya saya memang jarang like n komen status orang. Tapi ada orang-orang yang sering komen dan like status saya. Nyamperin lewat inbox *sekarang chat saya, saya setting off biar nggak disamperin*. Jadi karena mereka ramah  ke saya, saya pun sesekali komen ataupun like status/foto mereka. Eh ada yang inbox, ngenalin diri sebagai pacar si A *orang yang pernah saya like/komen statusnya*. Terus ujung-ujungnya nyuruh saya ngejauhin si A. Beughh.. mau dijauhin gimana, dekat juga kagak. Kenal juga nggak di dunia nyata. Baru sekali komen udah kena tegur, asem dah!

Ada juga yang terang-terangan ikutan komen di status yang saya komen. Trus bilang kalau saya jangan percaya dengan kata-kata si B, dia itu lelaki hidung belang. Saya jadi bengong, posisinya si B juga nggak ada ngerayu-rayu saya atau terkesan mendekati saya. Kita kenal karena salah satu hal yang ngebuat kami jadi sering komunikasi dan akhirnya sesekali komen statusnya.

Kejadian beginian nggak sekali dua kali mameeen. Ada yang ngomongnya baik-baik. Ada yang ketus. Dan alasannya itu loh, nggak masuk akal. Cuma karena saya sekali komen status pacarnya terus saya dituduh dekat ama pacarnya. Yang komen juga nggak cuma saya kaliiii.

Ada juga memang si cowok yang terkesan deketin saya. Tapi kan bukan saya yang kayak nggak punya kerjaan ngegodain tuh cowok. Mereka sendiri yang like dan komen status saya. Tiap saya buat status begini begitu, si cowok langsung inbox, nanyain perihal status saya. Saya jawab seadanya sesuai pertanyaannya. Besok-besok nanya ini, nanya itu. Tanya tentang tulisan lah, tempat wisata yang baru saya share fotonya lah. Sampai akhirnya emang kita sering ngobrol. Tapi sampai di titik ini pun saya nggak langsung anggap tuh cowok spesial. Atau keganjenan ngegodain mereka *walau ada beberapa yang ngaku suka ke saya dan di wall nya nggak ada tanda-tanda dia punya pacar*. Saya nggak segampang itu lah termakan ucapan pria-pria bermulut manis ini. Apalagi saya sadar ini dunia maya. Yang keliatan nyata saja harus tetap hati-hati untuk percaya, apalagi virtual gini.

Belum lagi apa-apa, saya udah kena ‘omel’ saja ama cewek yang ngakunya pacar tuh cowok. Dibilang perempuan nggak punya hati lah. Dilarang ngobrol, like, komenan ama pacarnya lah. Sampai disuruh unfriend segala. Ada juga yang ngaku sakit parah dan semakin parah penyakitnya karena mikirin kedekatan cowoknya dengan saya. Katanya, cowoknya pernah cerita ke dia tentang saya, makanya dia tau saya dan mencak-mencak di inbox. Ini mah saya kesel banget ama keduanya. Pengen banget ngejambak si cewek dan ngejedutin kepala si cowok ke tembok. Soalnya attitude si cewek juga nggak banget, cowoknya juga nggak bisa jaga perasaan ceweknya.

Pernah juga, saya intens ngobrol dengan dua cowok yang ngakunya sahabatan. Yang satu tinggal di Medan dan udah punya istri, yang satu lagi tinggal di Jakarta dan masih lajang. Nah, yang ngaku lajang ini yang PDKT ke saya. Kalau sama yang udah punya istri itu kita ngobrolnya lebih sharing antara abang dan adik. Dia banyak beri saya wejangan, nasihat, dan seolah jadi pak comblang antara saya dan si lajang tadi. Ia bilang kalau si lajang itu tertarik dengan saya dan sering curhat tentang saya ke beliau. Saya mah datar-datar aja nanggepinnya. Sampai pada satu titik, ntah kenapa saya curiga kalau sebenarnya dua akun ini sebenarnya satu orang. Dan akun yang asli adalah akun yang sudah punya istri *saya sampai diskusi sama temen yang psikolog loh gimana caranya mengetahui kecenderungan seseorang memiliki kepribadian ganda atau apalah namanya itu*.

Jelas saja saya marah meski belum terbukti seratus persen. Saya pun mencoba berkomunikasi dengan istri dari akun yang ngakunya sudah berkeluarga *di FB nya dicantumin sudah menikah dengan siapa*. Selain ingin membuktikan kebenaran dugaan saya, maksud saya baik, ingin memberitahu istrinya sisi lain suaminya. Kalau memang hanya iseng, artinya suaminya tak sebaik yang ia pikir selama ini. Kalau memang merupakan penyakit jiwa *kepribadian ganda dll*, setidaknya istrinya bisa mengusahakan sejak dini untuk mengobati penyakit suaminya.

Niat baik saya tak disambut sesuai harapan. Si mbak malah keukeuh kalau ia percaya suaminya itu suami idaman yang baik banget, nggak pernah salaman sama yang bukan muhrim, kalau ngobrol ama lawan jenis nggak memandang mata si lawan jenis. Bahkan kalau mau nerima telfon dari perempuan ia akan minta ijin si mbak dulu. Dan ujung-ujungnya saya yang dipojokkin. Katanya, udah tau dunia maya, kenapa masih percaya ama omongan orang yang belum pernah ketemu. Ealaah.. saya udah mengesampingkan diri saya sendiri yang katakanlah korban disini, dengan mencoba memberitahunya bahwa mungkin saja suaminya punya sesuatu yang selama ini tak ia ketahui. Semata-mata karena saya berempati dengan perempuan-perempuan yang mungkin saja dibohongi pria pujaan hatinya.

Karena tuduhan-tuduhan tak masuk akal itu akhirnya saya jadi males komen, like, atau add akun orang lain. Kalau ada yang tetep say hello di inbox walau obrolan sudah saya off kan, saya cuekin saja kecuali yang sudah kenal ataupun yang sejak awal sudah menunjukkan maksud menginbox.

Dan… beberapa hari ini kejadian diinterogasi orang yang ngakunya pacar cowok yang saya kenal terulang lagi. Ini anak nyapa, ngajak kenalan, trus ngobrol. Katanya pacarnya adalah orang yang saya kenal. Dia nggak nuduh saya langsung, tapi pertanyaan dan peryataannya itu yang bikin kesel. Nanya status asmara saya lah, dan pertanyaan yang diulang-ulang walaupun sudah saya jawab adalah : ada nggak saya naruh hati sama salah satu temen saya yang cowok. Hadeeeh... Pakai bilang kalau pacarnya itu punya banyak fans lah, saya pasti kecantol sama pacarnya lah, bisa jadi saya salah satu yang ngefans ama pacarnya lah, tapi giliran ditanya siapa nama pacarnya dia nggak mau ngasih tau dan selalu mengalihkan pembicaraan. Malah saya disuruh nebak siapa pacarnya. Helloo.. maunya apa sih. Anehnya, dia itu seakan banyak tau tentang saya. Katanya saya sering bersama pacarnya yang entah siapa itu. Saya bilang saya nggak peduli siapa pacarnya karena nggak penting buat saya dan nggak ada hubungannya juga dengan saya. Eh dianya ngeyel. Saya tanya apa maunya, kalau saya kenal dengan pacarnya terus kenapa, toh kami temenan *bisa saya pastikan temenan karena emang saya sekarang lagi nggak ada kedekatan spesial ama siapa-siapa*, dianya malah nuduh saya marah. Aduuuh… gitu gitu terus, balik-balik ke pertanyaan yang itu-itu saja dan sok misterius nggak mau ngasih tau nama pacarnya. Males banget nggak sih ngobrol ama orang beginian.

cemburu buta
Abaikan foto ini, nggak nyambung sama tema tulisan :D
Saya paham, tindakan cewek-cewek ini menegur saya bermula dari beberapa hal : tidak percaya dengan sang kekasih, curiga, takut kehilangan, cemburu buta, yang bermuara pada satu tindakan untuk selalu mengetahui ruang gerak pacarnya dan dengan siapa saja berinteraksi. Saya ngerti, kemajuan teknologi saat ini justru memberi peluang sebesar-besarnya untuk berpaling ke lain hati dengan mudahnya. Berawal dari sekedar say hello, lalu selingkuh virtual, yang bukan tidak mungkin ketemuan dan akhirnya selingkuh dalam dunia nyata.

Saya bukannya tidak berempati dengan mereka. Saya pun tak suka dengan ketaksetiaan. Tapi ya nggak harus semaksa ini juga kali. Masak sekali komen langsung dijudge kita keganjenan ngegodain pacar orang *padahal komennya juga nggak ada mengandung makna merayu baik tersirat maupun tersurat*. Cemburu juga pakai etika dong. Hargai penjelasan saya, jangan asal menjatuhkan judgement. Lagipula, siapa kali sih cowok-cowok mereka itu sampai saya mengesampingkan logika dan ngerebut pacar orang. Saya juga nggak segampang itu kali suka sama cowok :P *apalagi kondisinya hati saya sudah ada yang mengisi ecieee xiixixii*

Kadang tuh ya, kalau black angel lagi dominan di hati saya, pengen rasanya iseng bilang : iya, aku suka sama cowok kamu. Dia juga suka kok sama aku. Kamu tuh harusnya sadar diri kalau dia udah nggak suka sama kamu.

Atau dengan kalimat gini : Iya, aku suka si A. sukaaa banget, trus kamu mau apa?! :P

Pasti deh bakal emosi kayak cacing kepanasan yang jenggotnya kebakar *hahhahaa…

Terus kan ya, apa cemburu harus sebuta ini?! Kalau kita cemburu atau curiga pacar  kita tengah berpaling, terus orang pertama yang pantas disalahkan, ditegur bahkan dimaki adalah selingkuhan pacar kita gitu? Tidakkah kita berpikir bahwa bisa jadi selingkuhannya pacar kita juga tidak tau kalau dia dijadikan selingkuhan. Atau mungkin memang mereka hanya berteman. Dan ya, menurut saya, orang pertama yang harus diadili ketika kekasih kita berpaling ya justru kita sendiri. Mungkin kita yang berubah jadi tidak asik lagi. Nggak semenyenangkan dulu saat awal pacaran misalnya. Hingga si pacar berpikiran untuk ke lain hati.

Selain kita, orang lain yang musti diadili ya pacar kita. Karena jika saja dia setia, semenggoda apapun perempuan lain di sekelilingnya, ia toh akan tetap bertahan untuk kita bukan? Yang harus kita sadarkan akan makna sebuah kesetiaan ya pacar kita itu. Karena kalau kita malah sibuk memohon perempuan lain untuk enyah dari kehidupan lelaki kita, perempuan lain itu mungkin akan pergi, tapi bukan tidak mungkin akan ada perempuan-perempuan lain yang bakal jadi teman selingkuhan pacar kita lagi karena memang si pacar ini belum ‘tobat’.

Ibaratnya dompet kesayangan kita dicopet. Apakah kita akan terus-terusan memaki dan menyalahkan si pencopet. Tidakkah kita berpikir bahwa itu juga kesalahan kita? mungkin saja kita lalai menaruh dompet tersebut di tas yang restletingnya terbuka. Atau kita taru di saku yang dangkal dan mudah diambil. Bisa saja kan?!

Oya, terlepas dari sikap cewek-cewek yang ‘merepotkan’ ini, saya juga kesel sih sama cowok-cowok yang nyeritain cewek lain ke pacarnya. Apa dia nggak nyadar kalau hal itu justru akan ngebuat si cewek terluka dan sibuk mencaritahu sosok perempuan yang mereka ceritakan *dan bahkan berusaha menjadi seperti cewek yang diceritakan. Nggak jadi diri sendiri lagi dong*. Tau nggak sih, nggak enak banget rasanya diinterogasi sama cewek lain hanya karena mereka takut pacarnya bakal direbut. Serius, nggak enak!!!

Eh kalian, pernah dituduh godain pacar orang? Atau malah nuduh orang lain godain pacar kalian? ;)

Share:

10 komentar

  1. Xixixi. Intinya saling percaya dan terbuka antar pasangan. Biar gak ada tuduh menuduh. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaps, bener banget mbak Anisa. biar nggak kepo juga nanya sana-sini ya kan hehehee

      Hapus
  2. dibutuhkan saing tepo slira mba...istilah jawane :) peace salam kenal dari kudus (@cputriarty) :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa artinya tuh mbak Chris? saya ada darah jawa juga sih, tapi nggak tau artinya :D

      Hapus
  3. Salah fokus sama 'Hati saya sudah ada yang ngisi'
    Uhuukkk..
    😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahhahaa... you know what i mean lah hehhehhee..

      Hapus
  4. Salah fokus sama 'Hati saya sudah ada yang ngisi'
    Uhuukkk..
    😁😁

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus