keceplosan curhat

Malam ini saya keceplosan curhat pada seseorang. Ini tanpa direncanakan (karena saya memang tak berniat cerita yang sedih-sedih pada kawan bicara saya). Tapi saya sendiri tak tahu kenapa saya malah cerita sedikit tentang satu dari beberapa hal yang tengah membebani kepala saya.

Saya pun jadi teringat pada seseorang yang pernah menjadi tempat curhat saya. Seseorang yang menjadi tempat saya meluahkan air mata. Tempat saya membuka topeng ketegaran saya. Tempat saya tidak malu untuk terlihat cengeng di hadapannya. Ia yang selalu berusaha menguatkan saya. Saya masih ingat betul, saat saya sedih, ia menceritakan banyak cerita lucu. Dan cerita-cerita itu terdengar tak lucu kala kesedihan tengah menyelimuti hati ini. Tapi ia tak menyerah, ia terus saja bercerita hingga saya tertawa.

Pernah suatu ketika kami ngobrol , saya lupa diinbox, sms atau telfon. Ia menceritakan cerita lucu untuk menghibur saya yang tengah sedih. Panjang lebar ia cerita, saya tak juga merasa terhibur, lalu saya berkata :

“Nggak lucu."

"Hmm.. nggak lucu ya?! mm.. cerita apa lagi yaa.. oh, ada nih cerita tentang..."

"Udahlah, nggak usah cerita lagi, nggak lucu pun. Kamu lagi ngapain sih?”

“Lagi browsing cerita lucu, biar kamu ketawa.”

Sontak saya tertawa ngakak .Ya, walaupun setelah itu saya masih belum bisa melupakan kesedihan saya. Tapi setidaknya keterbukaannya saat itu membuat saya bersyukur, masih ada orang yang berusaha untuk membuat saya tertawa. Masih ada orang yang mau berusaha menghapus tangis saya.

Dulu, sebelum saya senyaman itu berbagi cerita dengannya. Saya selalu merasa enggan untuk berbagi kisah. Apalagi kisah sedih. Saya rasa, cukuplah itu menjadi cerita saya sendiri. Tapi ia selalu berusaha mencari cela. Dan selalu minta diberi cela. Ia selalu meyakinkan bahwa ia siap mendengar segala keluh saya, segala resah saya. Bahwa ia ingin tau kisah saya bukan karena penasaran, tapi karena peduli. Karena ia ingin selalu menghadirkan senyum untuk saya.

Itu cerita lalu. Ia kini tak lagi ada dalam hari-hari saya. Ada satu momen yang membuat saya memilih untuk menyimpan kisah sedih saya sendiri. Sama seperti sebelum ia hadir. Satu momen pahit yang tak ingin saya ceritakan. Pun (sebenarnya)  tak ingin saya ingat.


Malam ini, gara-gara keceplosan curhat itu, saya jadi teringat dengannya. Terkadang, saya merindukan orang-orang yang dulu pernah ada dan selalu berusaha dengn tulus untuk membahagiakan saya. Seperti ia misalnya. Dan di waktu bersamaan, saya juga merasa takut dan enggan jika harus merasakan kepedihan yang sama. Tapi kemudiah saya sadar, saya tak membutuhkan masa lalu untuk diulang. Saya hanya perlu sedikit bersabar dan menyiapkan diri untuk orang yang  pantas dan memang dipersiapkan untuk membuat saya bahagia.

Share:

0 komentar