MEONG,,, MEOONG!!!

 

Meong,,, meoong!!! 

Meong,,, meooong!!!

Seekor kucing mengeong di depan rumah. Mengusikku yang tengah asik duduk di kursi plastik di dalam rumah, berselancar dari satu sosmed ke sosmed lainnya.

Meong,,, meooong!

Suaranya kembali terdengar. Aku masih mencoba abai. Tiba-tiba teringat tingkah usil kucing-kucing yang diklaim tetangga sebelah rumah sebagai kucing mereka. Iya, mereka kucing usil. Suka pipis dan buang kotoran sembarangan. Kadang di halaman, tepat di depan rumah. Aromanya tajam menusuk indera penciuman. Sungguh bikin kesal.


Sekali waktu kala aku sedang semangat bercocok tanam. Ia dengan santai buang kotoran di pot kembang. Aiiih,,, padahal sudah pernah kubilang baik-baik :

"Jangan pup disini ya Cing. Di belakang aja sana ya"

Belakang kontrakan kami memang semak-semak, kalau ia pup disana setidaknya kami tak harus menghirup baunya, pikirku.


Kala itu Si Bro bilang, kucing kalau dibilangi gitu bukannya nurut loh. Malah dibuatnya lagi besok-besok. Tapi aku tetap berusaha ngomong baik-baik dengan para kucing ini.


Para kucing? Iya para kucing. Karena kucingnya tak cuma seekor. Aku tak menghitung pasti. Tapi sepertinya lebih lima ekor.


Dan benar saja, besoknya ada pup baru lagi. Ah, sungguh kampretos. Aku geram. Sejak itu tak mau lagi aku ngomong baik-baik ke kucing-kucing itu. Kucuekin aja mereka.


Pernah lagi suatu ketika aku merasa ruang depan kontrakan kami dipenuhi aroma pesing. Awalnya aku bertanya-tanya, ini aroma apa, tak bersahabat benar di hidungku. Lama-lama baru sadar itu aroma pesing kucing. Adoooh,,, yang bikin pusing adalah aku tak tau dimana persis si kucing pipis. Jadi lah aku mendengus-dengus mencari sumber baunya, bener-bener iseng nih si kucing.


Lantai sudah ku pel. Masih bau. Oh mungkin di tikar. Baiklah, tikarnya pun dijemur. Berhari-hari. Masih bau juga. Aku pun coba menelusuri lagi pusat baunya. Dan benar saja, ternyata lemari plastik di ruang depan juga jadi sasaran pipisnya. Terlihat ada bekas cipratan air yang telah mengering. Dan tentu saja, aromanya menyengat di area itu.


Apakah aku se nggak suka itu sama kucing? Sebenarnya nggak kok. Sekesel-keselnya aku karena mereka pipis atau pup sembarangan, aku nggak pernah mukul mereka. Kesalnya ya cuma saat itu saja.


Mereka juga masih bebas gegoleran di teras depan, bobok manja di kolong sepeda motor. Kadang malah nyantai di tempat duduk sepeda motor.


Kalo mereka mengeong saat kami makan dan ada ikan atau ayam yang bisa kami bagi, ya kami sisihin buat mereka. Kekesalanku cuma sebatas saat mereka pup dan pipis sembarangan. Walaupun ya nggak bisa nyalahin si kucing juga. Mana mereka ngerti itu halaman rumah orang boleh dipupin apa kagak.


Sekarang untungnya kucing-kucing itu sudah jarang pup di halaman kontrakan. Sesekali kalo dia masih pup di halaman, aku siram pakai air banyak-banyak. Kadang pakai air detergen sisah rendaman pakaian. Pernah juga pakai semprotan pewangi ruangan. Pakai bubuk kopi. Macem-macem lah. Intinya supaya baunya hilang dan besok-besoknya si kucing nggak pup disitu lagi.


Meong,,, meooong!!!

 
Kucing berbulu putih kombinasi orange itu mengeong lagi. Satu ekor kucing dengan warna bulu yang sama mendekat. Mereka mengeong di bawah jendela tetangga depan rumah. Melihatku datang mendekat, matanya menatap penuh harap sambil tetap mengeong.


Meong,,,meoong!!!

Dua kucing itu mengeong bersamaan. Sayang sekali aku sedang tak punya makanan untuk kubagi dengan mereka.

Medan, 04 April 2021

Share:

0 komentar