DARI BALIK TIRAI JENDELA AKU MELIHATMU

dari balik tirai jendela
dari balik tirai jendela


Dari balik tirai jendela aku melihatmu, berkali-kali. Mengintip diam-diam, malu-malu, seperti takut ketahuan.
Beberapa jam tadi kau masih menggantung, lesu dan sendu. Seperti anak kecil yang kehilangan mainan tapi takut untuk pulang. Sebab ia tak siap mendapati omelan.

Kali ini kau jatuh, beramai-ramai. Menimbulkan suara berisik. Tapi anehnya aku justru merasa tenang. Walau tak dapat kupungkiri, di sudut lain hatiku, ada jendela kenangan yang terbuka bersama kaki-kakimu yang jatuh menyentuh tanah, mengobati dahaga mereka.

Kenangan. Masih dari balik tirai jendela, aku melihatmu sambil pikiranku liar menerawang. Apa mungkin kau adalah rumah dari kenangan. Tempat para anak kecil berlari-lari ceria dalam kebasahan. Tertawa renyah. Mengukir kenangan indah masa kecil di antara deraimu.

Kau adalah momen-momen indah bagi dua insan muda yang sedang kasmaran.

Rumah kenangan. Ya, mungkin itulah kau. Tempat insan mengukir kenangan, untuk kemudian mengenangnya kembali saat kau hadir, membasahi tanah yang kering, mawar yang hampir layu, dan jiwa-jiwa yang nyaris gersang.

Dari balik tirai jendela aku melihatmu berkali-kali, hujan, sang rumah kenangan.

Share:

2 komentar

  1. Wew, kenangan bergemuruh hingga bising

    Mampir juga ya dipostingan kedua awak

    BalasHapus
  2. kirain endingnya berlabuh di rumah mantan wkwkkw

    BalasHapus