MEDAN MENJADI KOTA TERTIB LALU LINTAS DAN MENGINSPIRASI INDONESIA, MUNGKINKAH?!

astra 60 tahun
Medan menjadi kota tertib lalu lintas dan menginspirasi Indonesia, mungkinkah?!

Medan Menjadi Kota Tertib Lalu Lintas dan Menginspirasi Indonesia, Mungkinkah?! : Udah pernah berkendara di kota Medan? Kalau belum, kalian musti coba gaes. Berkendara di jalanan Medan, dibutuhkan kekuatan ekstra. Kombinasi antara kesabaran dan mental sekeras baja. Tapi kalau kalian berhasil menaklukkan jalanan kota Medan, itu artinya kalian nggak akan kesulitan menghadapi keruwetan lalu lintas di kota manapun. Seperti itulah menurut mereka yang udah pernah ngerasain lalu lintas kota Medan.


Kalau menurut saya sih, lalu lintas kota Medan adalah kompetisi yang paling nyata. Orang Medan berkendara seakan mereka tengah diburu waktu hingga harus bergerak secepat mungkin. Semuanya ingin cepat. Saat lampu merah menyala, semua berlomba agar berada paling depan, bahkan melewati garis yang ditentukan. Beberapa bahkan sengaja mencapai paling depan agar jika sewaktu-waktu ada cela ia bisa segera melaju meski lampu masih berwarna merah. Dan ketika lampu berubah kuning *kuning, belum hijau* tak peduli apakah posisimu tepat di depan lampu merah atau jauh di belakang, suara klakson langsung menerormu agar segela melaju.


Dengan kondisi lalu lintas Medan seperti yang saya sebutkan di atas, mungkinkah Medan di masa depan bisa menjadi kota yang tertib lalu lintas dan menginspirasi Indonesia? Buat saya tentu hal itu sangat mungkin. Tapi setidaknya ada 6 hal yang musti diperhatikan untuk mencapai hal tersebut :

1. Edukasi
Anggaplah orang Medan belum paham bahwa trotoar adalah jalan khusus pejalan kaki. Atau anggaplah orang Medan banyak yang belum bisa membedakan arti merah, kuning, dan hijau pada traffic light. Apalagi membaca simbol dan tanda-tanda lalu lintas seperti dilarang parkir dan sebagainya. Iya, anggaplah seperti itu supaya tensi kita nggak naik saat melihat pelanggaran lalu lintas dimana-mana di Medan. Sehingga dibutuhkan edukasi lebih. Sebab rasanya akan sia-sia toh mengharapkan sebuah kota dengan masyarakat yang tertib lalu lintas sementara masyarakatnya memang belum paham.

60 tahun astra
Anggaplah para pengendara itu tidak tau kalau saat lampu merah mustinya berhenti di belakang garis putih, bukan di depan.


satu indonesia astra
Dan anggaplah para pengendara mobil di depan itu nggak tau kalau zona merah bergambar sepeda motor itu diperuntukkan untuk pengendara motor :D

Saya nggak mau jauh-jauh ngomongin orang. Lah saya sendiri pernah kok lewat trotoar. Di tengah lalu lintas yang padat, cuaca panas, udara berdebu campur asap kendaraan. Memicu rasa lapar dan haus naik level. Di tengah kondisi seperti itu, rasanya pengen cepat-cepat sampai karena kepala mulai pusing. Yang ada dipikiran ya cara supaya cepat sampai tujuan. Maka ketika ada pengendara ya berbelok ke trotoar ataupun halaman pertokoan, saya pun ikutan.


Sampai akhirnya pada suatu ketika saya baca status seorang kawan di facebook tentang hak-hak pejalan kaki yang dirampas paksa oleh para pengendara sepeda motor. Dari situ saya sadar kalau saya nggak lebih baik dari mereka yang suka ngelanggar lampu merah dan sering saya omeli.

Ya, kadang kita hanya perlu diingatkan, atau diberi pemahaman kalau yang kita lakukan itu keliru.


2. Beri Sentuhan Seni
Medan memang bukan kota yang nyaman dan aman bagi pedestrian. Saya kemudian membayangkan sebuah trotoar dengan sentuhan seni yang menarik. Dengan pepohonan yang menaungi dan bunga-bunga bermekaran di pinggirannya. Juga gambar-gambar yang tak hanya menarik tetapi juga edukatif. Dengan begitu mungkin pengendara motor akan enggan untuk melintas :D


3. Libatkan Anak Muda
Dengan 10 anak muda, Soekarno percaya bakal bisa mengguncang dunia. Gimana lagi coba misalnya dengan 10 komunitas anak muda di Medan yang dirangkul pemerintah buat diberi edukasi perilaku berlalu lintas yang baik. 10 komunitas yang kemudian ikut serta mengkampanyekan perilaku berlalu lintas yang baik ke lingkungan sekitarnya. 10 komunitas yang kemudian bukan tidak mungkin akan menjangkau 10 RT, 10 Kelurahan, 10 Kecamatan, 10 kabupaten, atau bahkan 10 Provinsi hingga se-Indonesia raya. Mungkinkah? Ya mungkin mungkin aja toh.


4. Beri sanksi tegas
Iya, ini penting. Lah gimana mau tertib dan kapok kalau pas kena tilang saat melakukan pelanggaran, cukup dengan tebusan 15 ribu (temen saya bahkan pernah ngasih 5 ribu beberapa tahun lalu) bisa melenggang kangkung.


5. Beri contoh yang baik
Pegimana coba masyarakatnya mau tertib lalu lintas kalau penegak lalu lintasnya aja nyerobot lampu merah. Gimana mau kapok kalau pas ada pengendara nggak pake helm, pas mau ditilang dianya nyodorin duit 50 ribu *bahkan 15 ribu* pak polisinya luluh. Kadang bahkan polisinya yang ngajak ‘dame-dame’ alias nego.


Intinya mah selain masyarakatnya diberi edukasi, penegak hukumnya juga intropeksi diri. Masak iya sih sanggup nilang yang nyerobot lampu merah sementara dia sendiri juga nyerobot. Ini saya sendiri liat nih beberapa kali bapak-bapak berpakaian dinas yang ngelanggar lampu merah. Yang lucunya saat itu kami-kami masyarakat pada diem nunggu lampu ijo, eh si bapak nyelonong lewat aja tanpa mengurangi laju sepeda motor. Kami-kami cuma melongo. Dalam hati saya coba berpikir positif, mungkin si bapak lagi kebelet pipis :D


6. Telusuri penyebabnya
Menurut saya, kondisi masyarakat Medan yang kurang tertib dalam berlalu lintas adalah imbas dari berbagai hal. Jadi kalau mau diperbaiki ya perbaiki dulu pencetusnya. Masyarakat nggak paham rambu lalu lintas, ya perbaiki dong sistem dan aturan pembuatan SIM. Jangan ada calo atau nembak. Nggak ikut ujian bisa dapat SIM terus ngarep mereka bisa tertib lalu lintas. Hellaauw,,, yang benar aja ciiiin.


Macet dimana-mana? Artinya jumlah kendaraannya banyak. Iya, selain kendaraan pribadi, angkutan umum di Medan juga lumayan banyak jumlahnya. Mungkin pemerintah udah musti mikir buat menekan peningkatan jumlah kendaraan, secara jalannya itu-itu mulu (yang banyak berlubang dimana-mana itu). Beda ceritanya kalau infrastrukturnya diperbaiki dan ditambah.


Polusi? Nah ini nih yang beberapa tahun belakangan ini kondisinya semakin memprihatinkan menurut saya. Selain jumlah kendaraan, pembangunan gedung-gedung bertingkat dimana-mana disadari atau nggak bikin lalu lintas terganggu. Truk-truk besar masuk. Debu beterbarangan.
Ada satu jalan di kota Medan yang saya males banget lewat situ. Pasalnya lagi ada pembangunan yang lama banget. Udah setaunan lebih nggak siap-siap. Jadi suka macet disitu karena truk keluar masuk. Belum lagi debunya. Belum lagi saat jam para pekerja keluar ataupun masuk. Jumlahnya cukuplah bikin lalu lintas tambah padat :(


Bukannya nggak suka kota Medan berkembang. Cuma ya pemerintah mikir dulu dong imbasnya apa ke masyarakat kalau mau ngasih ijin pembangunan. Air ke rumah warga aja masih suka mampet kok ya mau bangun bangunan segede itu. listrik aja masih byar pet kok ya ngasih ijin bangunan mewah yang kebutuhan listriknya luar biasa gedenya. Apalagi lokasinya yang pas di salah satu sisi perempatan lampu merah yang tanpa bangunan itu aja udah sering macet. Apalagi… ahh.. begitulah. Intinya berpikir aja dari berbagai sisi, bukan sekedar angka dan nominal yang didapat ;)




Ah, rasanya saya sudah terlalu nyinyir hari ini. Intinya sih menurut saya perilaku kurang tertib lalu lintas masyarakat Medan adalah sebuah akibat. Akibat dari kurang paham, kurang dirangkul, dan kurang diperhatiin kebutuhannya (kebutuhan infratruktur yang baik, misalnya). So, kalau mau mengatasi akibatnya, yang ditangani ya penyebabnya :)


Untungnya Medan memberi saya banyak pengalaman dan pelajaran hidup yang berharga. Jadi di tengah carut-marut lalu lintasnya saya nggak pake acara kepikiran atau koar-koar mau pindah negara. Palingan ya nyoba mulai dari diri sendiri buat tertib berlalulintas. Sambil pelan-pelan nularin ke orang-orang sekitar. Yang pasti banyak kok masyarakat Medan yang udah paham dan nerapin perilaku tertib lalu lintas. Walau yang nggak tertib juga banyak :D


Yang pasti menjadi kota tertib lalu lintas dan menginspirasi Indonesia bukanlah hal mustahil bagi Medan. Yang penting ada kesadaran dan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Oke deh, sekian cerita saya tentang lalu lintas di Kota Medan. Kalau kalian punya ide untuk lalu lintas yang lebih baik bagi Kota Medan, share disini dooong :)

Share:

20 komentar

  1. wah.. ikutan lombanya juga ya mbak.. aku bingung tentang medan karena belum pernah ke sana.

    deddyhuang.com

    BalasHapus
  2. Medan itu emang unik yah, kalau masalah transportasi nya hadeuh, Medan itu sesuatu banget, jadi kalau bawa kendaraan kita musti ekstra hati-hati, ekstra sabar dan tahan telinga, karena kalau terlalu patuh sama peraturan lalu lintas bakalan kena cacian dari pengendara laib yang tidak sabaran..

    BalasHapus
  3. Kalau menurut saya justru, sebagai makhluk sosial manusia lebih cocok menggunakan transportasi publik ketimbang kendaraan pribadi.
    Itu pendapat pribadi saya, sih..

    BalasHapus
  4. Aku pernah tinggal di Medan...eh tapi sebenarnya bukan Medan-nya siih...tapi Langkat. Masih jauhkah dari Medan?

    Jaman saya dulu, kalo mau ke Medan naik bis.
    Dan memang luar biasa ramai. Karena kami terbiasa tinggal di desanya.
    Hhahha...

    Kangen sekarang...
    Pingin ke Medan lagih.

    BalasHapus
  5. Kesadaran pengguna jalan juga sih yang paling penting. Di Jakarta aturannya sudah ketat, tapi karena kesadarannya rendah, ya tetap masih banyak yang melanggar.

    BalasHapus
  6. Mohon bersabar gan...
    Doa dan usaha. Saya yakin pengguna jalan raya di Medan bakal taat aturan.
    Walaupun sebenarnya itu lama prosesnya bila belum dimulai sejak dini.
    Contoh, biasakan ajrin anak2 berlalu lintas sesuai dgn aturan. Jalan beri contoh pada anak2 untuk melanggar lalu libtas, karena kelak dia akan meniru juga.

    BalasHapus
  7. Sepertiny aku memang orang yang ga peka nih. Aku padahal cukup sering loh ke Medan, ya di Binjai sih tapi. Bapakku asli sana. Baru tau soal sejarah Medan yang cukup parah dalam berlalu lintas. Semoga tertib aja ya. Aku jujur ga yakin jika ditambah dengan seni bakal bagus. Tergantung luas jalannya jg sih gimana.

    BalasHapus
  8. Eh ia, aku yakin kalau Medan bisa jadi Kota Tertib Lalu Lintas, smngt Medan smangat smangat smangat

    BalasHapus
  9. Wah pernah tinggal di Medan ... cuma 2 minggu sih :D, tp dulu jg krn ga nyetir alias jalan doang ama naik bentor, jd ga tlalu merasakan tough nya berkendara di sana :D

    BalasHapus
  10. Asik medan jadi kota tata tertib lalu lintas nih bagus banget perlu disosialisasikan supaya menjadi medan yang aman dan tertib berlalu lintas

    BalasHapus
  11. Yha, kembali ke pengguna jalannya juga sih wkwkw kalo aturan mah dimana2 udah tegas setau aku -_-

    BalasHapus
  12. Wew segitunya ya medan
    Lumajang jember sih pada faham kok kalo memang harus berhenti sebelum zebracross
    Serius deh
    Jarang banget yang ditemuin berhenti di depan zebra cross
    Eh tapi ada ding,beberapa di jember, itupun karena memang lokasi lampu lalu lintasnya agak gimana gitu, maksudnya bentuk persimpangannya nggak wajar. Jadi akibatnya ke pengendara

    Iya, di bandung, kang emil udah memodif zebracross jadi unyu paraaaaaaah

    BalasHapus
  13. Sopir Medan
    Itu yg sering kami sebut dan mungkin orang lain sebut ketika sipir ugal ugalan hehehe
    Sy blm pernah ke Medan
    Tp sering dengar cerita ttg lalin Medan

    BalasHapus
  14. Jadi penasaran. Medan lebih parahkah dari Jakarta? Kukira sebagian orang-orang berkendara di Jakarta ugal-ugalan udah expert sampai tiada tanding bwahahaha

    Peraturan di mana-mana pasti ada. Tapi bener, poin memberikan sanksi tegas itu bener banget. Yang benar-benar tegas. Pas main ke SG itu nyamannya jalanan bukan main. Nyebrang jalan tanpa nyalain lampu anuan (apasih sebutannya wkwkwk) aja dibilang "bad girl" :))

    Bisa kok, bisa banget. Asal pelan-pelan mulai menyadari hal-hal yang harus dibenahi.

    BalasHapus
  15. Kondisi lalin di Medan agak membuat cemas ya. Hmm...
    Semoga semua ide di atas membawa perubahan. Semoga semakin banyak yang sadar berlalu lintas. Tak ada yang tak mungkin jika mau.
    Jujur saja, saya mudah cemas di jalan. hehehe..

    BalasHapus
  16. Mohon maaf, mbak. Awal baca tulisan ini aku malah mau ketawa. Kok kayaknya hardcore banget ya perhelatan lalu lintas di Medan. Sebagai pengguna motor dan pemerhati ketidakmutuan para pengendara di Solo, kuingin sekali bisa mencicipi jalanan Medan itu seperti apa. hehehe. Tapi ya jelas sih harapanku untuk lalu lintas Medan moga segera mengalami perbaikan. Minimal ya yang selamat-selamatlah pokoknya.

    BalasHapus
  17. hahaha... bisa stres & emosi jiwa kayaknya aku kalo nyetir di Medan. Paling kesel sama orang yg dikit2 klakson. Apalagi klakson yg enggak berfaedah macam klason di lampu merah. 😑

    Di jalan pun aku jarang pake klakson. Klo ada yg jalannya pelan, aku lewat sebelahnya/nyalip, bukannya nglakson. Kalo butuh klakson, paling cuma supaya dianya agak minggir dikit.

    Kita enggak tau kan, didepan pelan karena apa. Bisa jadi pengemudianya orang tua atau perempuan yg barusan bisa nyetir. Dan harusnya kita memaklumi itu.

    BalasHapus
  18. Huhu gak beda jauh dengan Jakarta. Sarana dan prasarana ada, tetapi kesadadan penvgunan jalan minim.



    Jakarta dibeberapa jalur juga mampet kalau udah kena macet. Kepingin tinggal doudara yang bersih

    BalasHapus
  19. Beri contoh yg baik. Kdng serba salah sih ya mbak, misal jgn berhenti tepat di zebra cross saat di lampu merah, eh yg belakang ngebel2 geje gtu kita disuruh maju. Blm lg kadng apes kita lha yg didamprat pdhl salah kita apa, kan emang berhenti di jalur yg tepat.Hedeh. Itu yg kualami di kota kyk Jkt dan Sby sih. Medan kyknya klo dr postingan mbk gtu jg yaaa hehe.

    Yawes yg penting kita mulai dr diri sendiri taat aturannya semangat! :D

    BalasHapus
  20. Bisa pasti mba. Harus dilakukan, karena Medan adalah megapolitan seperti Jakarta di Jawa. Di Sumatera, meltingpot nya medan. Multietnis, multiagama. Harus bisa. Kmrn memang sih masih susah waktu ke Medan ya gitu. ketemu ornag kejambret dan motor ojek gw mau berantem haha..

    BalasHapus