CERITA UNTUK TRIS

cerpen cerita untuk tris
Cerpen : Cerita Untuk Tris
Cerita Untuk Tris - Cerpen : Baiklah Tris. Kali ini aku hanya akan bercerita tentangmu. Ah bukan, tentang kita. Yah, tetang kita. Aku tidak akan bercerita yang lain, hanya tentang kita. Tentang kita, berdua.

“Ganti topik kenapa sih?! Dari kemarin kok itu-itu saja ceritanya. Selalu saja tentang cowok,” katamu di suatu malam saat kita menikmati jagung bakar di Bukit Bintang, Wonosari, Jogja.

Seringkali kau cemberut jika kucerita yang lain. Seringkali kau memotong ceritaku dan memintaku bercerita tentang kita. Dan seringkali aku tak mengabulkan permintaanmu. Aku malah tertawa senang tiap kali kau cemberut, tiap kali kau merengek minta cerita yang lain. Aku tertawa Tris. Itu karena aku tahu, di hatimu, kau tak sebenar-benarnya cemberut. Kau tak sebenar-benarnya bosan mendengar ceritaku yang itu-itu saja. Karena kau sebenar-benarnya sahabat yang selalu menyediakan telinga dan hatimu untuk tiap ceritaku.

Tujuh tahunku pastilah akan sepi jika tanpamu. Kota Jogja tak akan semenarik ini jika seandainya kita tak pernah bertemu. Dan masa-masa SMA dan kuliah tak akan menjadi masa terindah dalam hidupku jika tak ada kau. Kau bak lentera Tris. Terdengar berlebihan, tapi memang begitulah adanya.
Ingat kejadian malam itu Tris? Mungkin kau akan ingat dengan percakapan ini :

“Kenapa dia tega meninggalkanku sendiri Tris? Padahal kan dia tau, aku sendiri di kota ini.”

“Pria itu mungkin meninggalkamu La, tapi tidak aku. Kau tidak pernah sendiri La. Ada keluargaku disini yang menganggapmu bagian dari keluarga kami. Ada do’a-do’a suci keluargamu di kampung sana, dan ada Dia La.”

“Kenapa Tuhan tidak mengirim malaikatnya untuk menolongku Tris? Apa malaikatpun sudah tak mau lagi menemaniku?! Menyedihkan sekali menjadi aku ya Tris.”

“Seandainya aku boleh meminta jadi apa, La. Aku maunya jadi malaikat yang baik buat kamu.”

Masih saja kalimat itu terngiang di kepalaku. Itu kata-katamu, Tris. Kau tidak lupa kan? Waktu itu kau mengatakannya kala mendapatiku mengurung diri di kamar berminggu-minggu. Menangisi pria yang memilih meninggalkanku yang tengah rapuh. Aku sempat ragu, mungkinkah ucapannmu hanya hiburan belaka. Mungkin kau sengaja mengatakan itu agar aku menilaimu sebagai sahabat yang baik. Maka aku pun mengabaikanmu. Aku yakin kau akan pergi seiring aku mengabaikanmu. Ternyata aku salah Tris. Pria itu memang benar-benar pergi. Tapi kau tidak Tris. Kau benar-benar ada. Kau tidak pernah meninggalkanku, bahkan di masa-masa terburuk dalam hidupku. Sejak saat itu aku mulai percaya, kau malaikat baik yang dikirim Tuhan untukku.

Kau benar-benar seperti malaikat Tris. Malaikat yang tidak pernah meninggalkanku, bahkan di saat aku meninggalkanmu. Di saat aku menemukan pria lain untuk kusandari bahunya. Pria lain yang mengisi hari-hariku hingga pertemuan kita hanya kuisi dengan cerita-ceritaku bersamanya. Kau sama sekali tak meninggalkanku. Kau hanya sesekali cemberut karena ceritaku selalu itu-itu saja. Tapi kau tetap tak meninggalkanku, hanya sesekali cemberut.

Dan ketika akhirnya lagi-lagi pria itu meninggalkanku, kau selalu siap dengan bahumu. Tris, aku menjadikanmu pilihan, tapi kau menjadikanku yang utama. Pria-pria itu datang dan pergi silih berganti. Tapi kau selalu datang, dan tak pergi.

“Kenapa cinta selalu menjadi alasan bagi kelemahanmu La?” tanyamu di suatu senja di pantai Parangtritis. Ini mungkin akan menjadi senja terakhirku di Parangtritis bersamamu. Karena tiga hari dari hari itu, aku harus terbang ke Pekan Baru, kotaku. Tugasku menuntut ilmu di kota ini telah selesai. Saatnya pulang ke tanah asal dan mengabdikan diri pada orang tua.

“Karena cinta selalu menghadiahiku kehilangan.”

“Bukankah lebih baik memaknainya sebagai pembelajaran?”

“Kau sendiri yang melihat bagaimana aku belajar menjadi yang terbaik untuk orang yang kucintai.”

“Tak cukup sebatas itu La. Cinta bukan sebatas memberikan yang terbaik, tetapi juga ikhlas melepaskan.”

“Aku tidak suka kehilangan. Rasanya begitu menyakitkan.”

“Itulah konsekuensi dari menemukan.”

Debur ombak laut selatan terasa berbeda senja itu. Pantai Parangtritis terasa kosong. Seperti hati yang kehilangan tuannya.

Malam setelah senja itu, kau berangkat ke Tuban, menghadiri pesta keluarga. Ada rasa tak rela di relung hatiku. Aku ingin menghabiskan sisah waktuku di sini bersamamu Tris. Waktu yang tinggal tiga hari lagi. Dan kau harus ke Tuban dua hari.
*
Baru nggak ketemu Nela dua malem aja udah kangen, apalagi dua taun? Tp emang itulah yg akan terjadi (sbntr lg).

Begitu tulismu di akun pribadi social network-mu. Kau tulis sesaat sebelum mengantarku ke bandara. Tris, sekarang sudah empat puluh hari. Bukan dua hari. Tapi seluruh waktuku terasa kosong. Terasa sepi. Tiap saat hanya bayangan mobil mewah yang menabrak tubuh kita hingga tangan dan bahuku patah. Hingga aku harus merasakan kehilangan yang sebenar-benarnya pahit: kehilanganmu, Tris.

Tris, masih saja kurasa tanganmu menggenggamku. Apakah itu artinya kau senang dengan ceritaku kali ini? Cerita tentang kita. Tentang kau, malaikat baik hati yang Tuhan kirimkan untukku. Tetap jaga aku dari sana Tris. Jaga aku seperti kau menjagaku, saat kau masih ada.
***
Kamar ke-7, 22 Mei’12
Inspirated and dedicated to : Sestri Nela Kurnia and Trisari Admaja.
NB : Dimuat di Analisa, Minggu 25 Okt'15

Share:

18 komentar

  1. tris setia banget ya mbak meskipun hanya dijadikan pilihan alias pelarian tapi dia yang selalu ada, mungkin itulah cintanya, itulah jawabannya TRIS... kayak film insurgent ya namanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, tapi ini bukan seperti cinta lawan jenis mas. lebih ke cinta dan ketulusan seorang sahabat.
      saya malah nggak tau film insurgent mas hehhehe..

      Hapus
    2. hehe, masa gatau sih mbak, ya mungkin saya bisa mengambil nilai positifnya di film ini ya mbak baerarti cinta seorang sahabat gitu ya mbak? :)

      Hapus
    3. terima kasih, mohon doanya untuk tris

      Hapus
    4. semoga Tris bahagia disana ya Nela, Aamiin :)

      Hapus
  2. Keren banget , mbak. Jadi ingat seseorang kalo baca seperti ini.

    BalasHapus
  3. Hm, ini kayak sahabat jadi cinta gitu bukan, sih? Atau semacam rasa sayang biasa kepada sahabat?
    Ah, ending-nya. Ya Allah. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. tris ini cewek mas. biasa kan kita kalau temenan, kalau lagi kasmaran, suka lupa sama temen. keasikan sama pacar. setelah ada masalah ama pacar baru deh ngaduh ke sahabat hehhee..
      aku sebenarnya kurang suka endingnya. tapi karena ini base on true story dan memang tris meninggal di kehidupan nyata, jadi endingnya ya seperti itu :(

      Hapus
  4. Tris... sepertinya sosok orang yang idealis dan bertanggung jawab...
    Tris... menjadi sosok yang sangat di idamkan...
    Sangat menginspirasi... :D
    Cerpen : Cerita untuk Tris... membuat saya terharu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga terharu mas dengan cerita nela dan tris di kehidupan nyata :D

      Hapus
  5. Tris inikah lelaki yang benar-benar diidamkan kaum hawa? Dia sungguh tangguh dan bertanggup jawab. Keren ceritanya mbk. Meskipun pelarian, tapi ia tetap punya rasa menjaga dan memiliki. *Tisu mana tisu.....*

    Berlinang air mata abang, dek...

    BalasHapus
    Balasan
    1. adam maupun hawa pasti mendambakan sosok yang selalu siap sedia di sisi kita dalam segala kondisi kita :)

      Hapus
  6. kakak diaahhhhh, makasih ceritanyaaaaa (dengan cerita sedikit terbalikkk)........ aku merasa kembali saat ngetwit bareng triss walaupun selalu bersama, cerita sampe jam lima subuhhh........ sediiihhhhh.............
    aku baru bacaaaa..... aku kangen trissss............
    makasih kakakkkk....... pengen ketemu lagi....

    19 hari lagi, 4 tahun tris meningggalkanku selamanyaaaaa........

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallo Nela. terimakasih juga sudah menginspirasi (meski ini cerita sedih). maaf kalau ceritanya sedikit terbalik ya. waktu aku dapat ide buat tulisan ini, aku kreasikan sendiri meski secara garis besar ceritanya sama. soalnya waktu mau tanya-tanya detail ke Nela, takutnya Nela malah sedih karena teringat Tris.Secara waktu itu Tris belum lama pergi.

      nggak terasa sekarang sudah mau 4 tahun ya. Semoga Tris tenang disana. Semoga Nela juga tetap semangat melanjutkan hidup. keep spirit, semoga waktu mempertemukan kita lagi ya. kangen juga sama Nela :)

      Hapus