SURAMADU DAN KULINER BEBEK SINJAY

suramadu bridge
Jalan-jalan ke jembatan Suramadu

Suramadu dan Kuliner Bebek Sinjay : Lagi-lagi saya posting cerita lama. Harap maklum saja lah ya, secara dulu saya belum secinta ini dengan dunia blogging. Jadi kalau sekarang lagi teringat pengalaman-pengalaman lalu, suka latah pengen buat postingannya. Apalagi kalau ada dokumentasi fotonya. Jadilah postingan baru cerita lama :D

Ini cerita waktu saya maen-maen ke Madura bareng dua orang teman saya lima tahun lalu *lima tahun mameeen, pastinya pipi saya belum se-chubby sekarang*

Sebenarnya dari awal berangkat ke Surabaya kami tidak ada niat ke jembatan Suramadu. Soalnya kami tidak ada yang tahu kalau ternyata jarak Surabaya-Suramadu hanya sekitar satu jam kalau naik sepeda motor. Maka ketika mbak Mun, salah satu kenalan kami di Surabaya memberitahu hal itu, kami pun heboh ingin main ke Suramadu.
Waktunya jalan-jalan!!

Kami berangkat mengendarai sepeda motor. Mbak Mun sendirian, saya dan Ulan boncengan. Surabaya puanas reek!!

Kami berhenti di tengah-tengah jembatan Suramadu. Seperti ini toh rasanya berada di tengah-tengah jempatan terpanjang di Indonesia hehehee… Berfoto-foto adalah hal yang wajib. Apalagi di jembatan dengan desain cantik ini. Kami pun mengabadikan momen ini dan menikmati pemandangan serta hembusan angin yang lumayan kencang. Usai berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan.

suramadu
Mumpung nggak ada kendaraan yang melintas, foto-foto dulu ah. Anginnya maksyuuur...

Kesan pertama yang saya tangkap saat menginjakkan kaki di pulau Madura adalah : panas dan gersang. Para pedagang berjejer di kiri-kanan di sepanjang jalan di dekat jembatan Suramadu. Jajanan, pernak-pernik, kaos, kain dan batik Madura dijajakan seadanya.

cindera mata
Penjual kerajinan untuk oleh-oleh di sisi kiri-kanan jalan
Kami memarkir sepeda motor di sisi kiri jalan. Masuk ke salah satu warung dan memesan minum. Es kelapa muda, ah.. segar! Sambil menikmati es kelapa muda saya update status, menjelaskan kalau aku lagi di Suramadu. Langsung dikomeni sama mbak Yuli, seorang sahabat yang juga tinggal di Surabaya.

Jangan lupa nyobain kuliner bebek Sinjay sist, manteep!! Eh jadi ke rumahku nggak hari ini. Kalau jadi sekalian aku nitip bebek Sinjay ya

Begitu komentar mbak Yuli di statusku. Bebek Sinjay? Apaan tuh? Segera saya bertanya pada mbak Mun. Mbak Mun malah geleng-geleng tanda tak tahu. Segera saya balas komen mbak Yuli.
Insyaallah ya mbak, kalau kesana. Rencananya sih abes ini mau ke pantai Kenjeran trus pulang ke Surabaya.

Usai menikmati es kelapa muda sambil memandangi kendaraan yang melintas, kami melihat-lihat barang-barang yang dijual di sepanjang kiri-kanan jalan. Aksesoris, gantungan kunci, hiasan dinding berupa jaranan lengkap dengan pecut dan celurit khas Madura, perahu nelayan dan aneka kerajinan dari kulit kerang dijajakan di tempat ini.
segar
Panas dan haus, minum es kelapa muda dulu sebelum melanjutkan perjalanan

Rencana awal kami hendak ke pantai Kenjeran yang artinya kami kembali ke arah Surabaya. Namun entah kenapa kami penasaran untuk masuk terus ke daerah Madura. Ingin merasakan sate Madura yang terkenal itu. Kondisi jalan cukup bagus. Jalanan tak begitu ramai. Kami melarikan motor kami tanpa tujuan pasti. Hanya mengikuti arah jalan saja.

Sampai masuk lumayan jauh ke wilayah Madura (dari penunjuk jalan yang kami baca kami menuju ke arah Bangkalan), kami tak menemukan warung sate Madura. Padahal di Medan sate yang terkenal itu sate Madura sama sate Padang. Lha ini di daerah Madura sendiri kok kami malah tak menemukannya. Yang banyak terbaca malah warung bebek. Waduh.. kok gini? Jadi mikir, di oleh-oleh khas Medan itu salah satunya Bika Ambon. Nah di Ambon sendiri ada nggak ya Bika Ambon dijual. Jangan-jangan Bika Ambon sama nasibnya kayak sate Madura. Di tanah orang terkenal, di daerah yang menjadi namanya malah biasa saja.

Saat kami hampir putus asa karena tak menemukan sate Madura dan hendak balik arah, mata saya tertuju pada satu plang besar berwarna orange bertuliskan “Warung Nasi Bebek Sinjay”. Pikiran saya pun langsung tertuju pada komen mbak Yuli di status FB saya. Kontan saja kami berniat untuk mencoba, secara kami memang belum makan siang. Warung dengan dekorasi dominan warna orange ini tampak ramai. Beberapa mobil dan kendaraan memenuhi sisi jalan. Melihat hal tersebut kami pun dengan semangat memarkirkan sepeda motor. Pengunjungnya ramai, pastilah karena rasa makanan di sini enak.

Kami segera mencari meja yang kosong dan memesan menu. Gileee…!! Ruamee bener coy!! Mbak-mbak di dalam yang melayani pemesanan sampai bingung. Sedihnya, bebeknya kosong karena banyaknya pesanan. Tinggal lah nasi+jeroan ayam. Kalau ngotot mau bebek sih bisa saja, tapi nunggunya bisa sampai dua jam-an, wedew!! Keburu pingsan kelaparan. Karena terdesak (suerr.. desak-desakan cuy saking ramenya) dan malas nunggu selama itu, kami pun memesan nasi+jeroan+teh botol.

Pesanan datang. Asikk!! Siap-siap mencoba kuliner Madura. Hajar!! Nasi putih, jeroan di goreng, teh botol dan.. sambal. Eh, tapi by the way itu sambal apa ya? Kok beda dari sambal di Medan? Untuk mengobati rasa penasaran, saya pun segera mengambil jeroan dan mencolekkannya ke sambal itu. Beugh.. pedas gilaa!! Tapi ada sedikit kecut-kecutnya (asam) gitu. Biasanya kan pedas manis, kalo ini pedas kecut.  Saya pandangi sambal berwarna kuning itu. Ada irisan-irisan kecil berwarna kuning bersatu dengan butiran-butiran cabai. Sambal apa sih ini?

“Kayaknya keistimewaan warung ini terletak di sambalnya, iya kan?”

Kedua teman saya mengangguk. Saya akui, sambalnya memang maknyus. Kami makan dengan lahap. Dalam hati saya masih berpikir, sambal apakah ini gerangan. Apa saja ya bahan-bahannya, kok rasanya benar-benar menggoyang lidah begini. Biasanya sambal warnanya kan merah atau ijo, atau hitam seperti sambal kecap, nah ini kuning. Selidik punya selidik, yang membuat sambal ini berwarna kuning muda adalah irisan mangga muda yang dicampur dengan sambal. Pantas saja rasanya pedas asam.
kuliner khas madura
Sayangnya cuma ini dokumentasi waktu di Warung Nasi Bebek Sinjay. Saking semangatnya malah nggak ada fotoin makanannya.

Sampai sekarang saya masih penasaran dengan bebek Sinjay meskipun sudah merasakan kelezatan sambalnya. Inilah yang saya suka dari travelling. Ada banyak hal yang tak terduga yang akan kita temui. Hal-hal yang membuat hati dan pikiran kita semakin kaya oleh pengalaman. Yah, makan siang waktu itu cukuplah untuk mengobati rasa kecewa kami karena tak menemukan warung sate Madura. Tapi tetap, sate Madura dan bebek Sinjay menjadi incaran saya kalau suatu saat main ke Madura lagi.

Kalian pernah mencari warung sate Madura di Madura? Ketemu? Atau malah melipir ke Warung Nasi Bebek Sinjay seperti saya dan dua teman saya :)

Share:

2 komentar

  1. Itu sambal nya unik banget deh. Dicampur pake irisan mangga.

    Dari dulu saya pengen ke jembatan itu, soalnya sering lihat di tv. Haha sayang deh, ke Jawa Timur aja belum pernah sekalipun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, aku juga baru pertama kali ngerasain sambal dengan irisan mangga itu. dan sampai sekarang belum pernah ngerasain lagi :)

      semoga ada kesempatan mengunjungi jembatan Suramadu ya mbak, saya juga baru sekali tuh ke Jawa Timur :)

      Hapus