THE SEMICOLON PROJECT : YUUK LEBIH KEPO DENGAN SEKELILING!!

The Semicolon Project : Yuuk Lebih Kepo Dengan Sekeliling!! - The Semicolon Project, pernah dengar tentang project ini?! saya mengetahuinya pertama kali beberapa waktu lalu saat seorang teman di IG memposting tentang semicolon dan men-tag saya. Karena di-tag, otomatis saya jadi membaca captionnya.

Ternyata, semicolon ini sudah sempat ramai diperbincangkan di dunia maya *duh, saya kemana saja ya, kok baru tau*. Mungkin kalian juga ada yang belum tau dan bertanya-tanya, apa sih semicolon project ini?! tenang, saya akan menjelaskan secara singkat ya.

Jadi, semicolon project ini adalah sebuah gerakan yang dimaksudkan sebagai bentuk cinta kasih, dukungan dan harapan kepada orang-orang yang sedang berjuang melawan keputusasaan dalam hidupnya. Mereka yang tengah melawan depresi, kecanduan, korban bullying, dan mereka yang frustasi hingga memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Mereka yang ingin berpartisipasi dalam semicolon project ini cukup menggambar ataupun mentato salah satu bagian tubuhnya dengan simbol semicolon.

THE SEMICOLON PROJECT
Ini tangan saya. Yaah.. cuma segini lah kreasi saya. Yang penting dukung :)
THE SEMICOLON PROJECT
Masalah boleh berat, tapi semangat dan senyum harus tetap melekat :)
Semicolon sendiri sebenarnya adalah tanda baca titik koma (;). Titik koma ataupun semicolon ini adalah tanda yang biasa digunakan penulis untuk meneruskan kalimat yang seharusnya bisa ia selesaikan. Kita adalah si penulis, dan kalimat itu dianalogikan sebagai hidup kita. Your story isn’t over yet, begitulah tagline dari The Semicolon Project.

THE SEMICOLON PROJECT


Mengetahui tentang semicolon ini, saya seakan diingatkan untuk lebih care ke orang-orang sekitar, teringat beberapa kasus bunuh diri pada beberapa waktu lalu di Medan yang terjadi dalam rentang waktu berdekatan. Semua pelaku bunuh diri masih usia muda dan berstatus mahasiswa. Kala itu saya sungguh tercengang dan bertanya-tanya, dimana orang-orang terdekatnya?! Ia yang terlalu tertutup, atau lingkungan sekitar yang sudah berubah menjadi individualis.

Saya mengembalikannya ke diri sendiri dan cenderung berpikir tentang analisis kedua : lingkungan yang berubah individualis. Ini karena seringkali saya perhatikan, orang-orang yang ingin bunuh diri sebenarnya tidak benar-benar ingin bunuh diri. Ia hanya sedang merasa sendiri dan ingin didengar segala keluh kesahnya. Ia ingin diperhatikan. Ini terlihat di beberapa kasus di mana si pelaku bunuh diri sebelum melakukan aksinya, terlebih dahulu memberi tanda ke public. Entah itu mengupload foto lokasi tempat ia ingin bunuh diri, atau terang-terangan mengatakan niatnya lewat sosial media. Orang-orang yang frustasi ini seringkali memberi sinyal ke orang-orang sekitarnya dengan status-status di sosmed yang terkesan galau ataupun sedang banyak masalah.

Dan saya *dan mungkin juga kalian* sebenarnya sering kepo tapi cuma dalam hati. Saya sering juga bertanya-tanya, si A kenapa ya, kok statusnya hopeless banget. Tapi kemudian saya abaikan pertanyaan di hati kecil saya dengan kalimat buat diri sendiri “Nggak usah kepo ah sama urusan orang. Urus saja masalahmu Diah.”

Kadang, sifat masa bodoh seperti itu bisa juga disebabkan karena kita sebelumnya pernah nanya ke temen yang statusnya hopeless, tapi dijawab “nggak papa kok”. Nah loh.. kan berasa gimana gitu ya kita udah nunjukin niat baik dengan bertanya keadaan si kawan yang dari status sosmednya terlihat sedang down tapi begitu ditanya jawabannya tidak apa-apa.

Seperti kejadian beberapa waktu lalu. Saya kerap membaca status seorang sahabat yang bernada hopeless. Sebut saja si C. Saya dan si C ini lumayan sering ketemu. Kalau ketemu kita bawaannya ya ketawa-ketiwi seakan nggak ada masalah. Tapi status si C hopeless terus. Waktu ditanya, dia cuma senyam-senyum cengengesan. Katanya dia cuma iseng aja buat status begitu biar ada yang nanyain keadaan dia. Ada-ada saja nih orang, pikir saya, namun tak berniat nanya lebih lanjut karena takut dibilang kepo.

Status hopeless si C masih berlanjut. Hingga suatu ketika kami bertemu tanpa rencana sebelumnya. Kala itu, entah kenapa saya dan sahabat yang lainnya kembali kepo nanya kenapa dengan status-statusnya selama ini. Si C masih saja menjawab dengan tawa. Saya menatap wajahnya lekat-lekat, dan entah kenapa saya merasa sahabat saya itu tidak sedang baik-baik saja.

THE SEMICOLON PROJECT
The Semicolon Project
Benar saja, si C menangis. Tapi masih belum mau cerita. Saya pun mencoba meyakinkannya kalau kami paham ada masalah-masalah tertentu dari sahabat kita yang tidak harus ditunjukkan ke dunia. Jadi ia tak perlu khawatir kami akan menyebarkan masalahnya.

Sesantai mungkin saya mencoba menanyainya. Menghindari berekspresi yang berlebihan atas ceritanya yang bisa membuatnya merasa tertekan. Dan… mengalirlah cerita itu seiring derai air matanya. Oh God! Saya tak bisa bercerita apa masalah si C, tapi memang menurut saya masalahnya besar dan rumit. Dan, selama ini ia menyimpannya sendiri. Tanpa sepengetahuan kami, ataupun keluarganya. Ia mengaku sudah tak sanggup menyimpan semua itu sendiri, kepalanya mau pecah rasanya.

Sebenarnya, besar kecilnya masalah tak menjadi soal andai orang yang menjalaninya bisa tetap semangat dan berpikir positif. Tapi sahabat saya ini, ia tengah rapuh. Ia merasa kesalahannya teramat besar dan terus-terusan menyalahkan diri. Ia ingin menyelesaikan masalahnya, memperbaiki diri, namun terus-terusan terjebak di dalamnya. Hal itu membuatnya tertekan dan berpikir untuk bunuh diri.

Karena tertekan, ia jadi labil. Kadang ia merasa sangat menyesal dan ingin mengakhiri hidup. Kadang, saat emosi memuncak dan marah, ia berpikir nekat, ingin bunuh orang, ingin memilih menjadi evil. Katanya, percuma berusaha jadi baik, toh tetap dianggap jelek. Jadi ya jelek aja sekalian.

Saya bersyukur pada Tuhan atas kekepoan saya terhadap status si C beberapa waktu lalu. Andai kemarin saya memilih untuk menahan diri dengan alasan tak ingin ikut campur urusan orang saat ia hanya menanggapi pertanyaan saya dengan senyum palsu, mungkin saja ia benar-benar memilih mengakhiri hidupnya *atau hidup seseorang*, atau mungkin memilih menjadi tokoh jahat dan semakin jauh terjerat di masalah itu.

Saya mungkin tak bisa memberikan solusi terbaik untuk masalahnya. Tapi setidaknya sebisa mungkin saya menjadi pendengarnya, menyemangatinya dan mengingatkannya, ada alasan mengapa kita diciftakan *kata Duta SO7 :D*

Adakalanya, kita memang harus kepo *baca : care* dengan sekeliling. Dengan orang-orang di sekitar kita. Bisa jadi sebenarnya mereka butuh kita sebagai teman. Butuh didengar ceritanya. Butuh disupport.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk sahabat saya yang tengah berusaha berubah menjadi lebih baik di tengah kerapuhan hatinya. Juga untuk mereka yang tengah depresi dan berjuang untuk tetap bertahan. Jangan pernah berpikir untuk berhenti kawan, karena jalan ini masih panjang dan masih bisa kita lanjutkan.
THE SEMICOLON PROJECT
foto : www.pinterest.com
NB : Foto tanpa watermark Perempuan November diambil dari internet.

Share:

6 komentar

  1. Aku pun baru tau semicolon itu abis baca dari sini kk... Berarti aku lebih kudet dong! :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, aku baru tau tentang the semicolon project ini pas ditag kawan di IG.

      sama-sama kudet kita hahhaha...

      Hapus
  2. tingkst ke individulisan orang saat ini memang tinggi kak. masa bodoh sama masalah orang karena kita pun punya masalah. gak harus ikut semicolon, yang penting kita harus care dengan sekitar :D iyah jug abaru tau semicolon kak di :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener iyah, nggak harus ikut semicolon, kita care ke sekeliling kita aja itu udah bagus banget.
      tapi memang gara-gara ditag ttg semicolon project dan mendapati kenyataan kalau ada org terdekat yang down banget, jadi bahan renunganku juga, kok aku selama ini cenderung ke arah undividualis ya.
      ya semoga ke depan bisa lebih care lagi dengan sekeliling :)

      Hapus
  3. baru tahu deh ada gerakan kaya gini, baguuus juga nih :D

    iya ya, kadang kita kalau mau tanya masalah orang.. suka takut2 dibilang kepo *efek terlalu mudah berpikir negatif*
    Harus mulai belajar lebih peduli lagi nih :))

    BalasHapus