MERINDUMU, HARUS DAN TAK HARUS



MERINDUMU, HARUS DAN TAK HARUS
Masih bolehkah merindumu?
ah, sebenarnya tak perlu kutanyakan itu
sebab rindu ini akan tetap bertandang meski tanpa kau izinkan.
bodoh, mungkin
merindu yang tak harus dirindu
mencinta yang tak seharusnya dirasa
tapi bukankah cinta tak terbatas oleh harus dan tak harus?
bukankah rindu tak mengenal harus dan tak harus
aku rindu menikmati segelas jus wortel di tengah kesibukanmu
aku rindu kau manjakan telingaku dengan ucapan sederhana dan apa adanya di antara letihmu
aku rindu merencanakan sesuatu yang masih misteri di antara penatmu
aku rindu... caramu membuatku jatuh hati, padamu!
merindumu, tak pernah ku-skenario-kan namun harus kuperankan
merindumu, akan tetap merindumu dengan atau tanpa izinmu
merindumu, akan kubisikkan di telingamu seperti dulu kau pinta selalu
merindumu, akan kubisikkan di telingamu... suatu waktu!

B E T A P A

Satu harapan pergi, seiring lelah menyekap hati
lelah mengejarnya
lelah menggapainya
hanya hampa yang ada
betapapun perihnya,
aku tak ingin diam
sebab diam serupa kematian
betapapun lelahnya,
aku akan terus berjalan
meski mungkin di tengah perjalanan
napas kematian yang kutemukan.
L A G I
Lagi
membiarkan diri berkutat pada ketakjelasan dan ketakpastian
padahal ada yang datang membawa harapan
menawarkan kejelasan
lalu kenapa aku masih berkutat disini?
padahal jelas aku membutuhkan kejelasan
membutuhkan jaminan
lagi,setitik segan menahanku pada ketakjelasan
wahai Pemilik hari esok!
lagi, kutitip harap pada hatur doaku, moga bahagia muara ketakjelasan ini.

 NB : Dimuat di Analisa, Rabu 12 Nov'14
Photo by : Perempuan November

Share:

2 komentar

  1. Ternyata Budiah Sari Siregar itu dirimu ya Di? Aku baru baca puisinya di Analisa Rabu Kemarin ;)

    BalasHapus
  2. Hahahhaa... kok baru tau ķak.. iya itu aq hehee.. biar singkat diah buat aja diah siregar, tp di kerjaan tetap nama lengkap yang dicantumin :)

    BalasHapus