PEDULI SINABUNG PART II

Alhamdulillah, Allah memberi kami kesempatan lagi untuk menjadi perpanjangan kawan-kawan yang ingin berbagi pada para pengungsi Sinabung.

Berawal dari keinginan kawan-kawan yang tidak bisa ikut ke posko pengungsian pada 12 Januari lalu dan kondisi Sinabung yang terus saja erupsi, akhirnya setelah didiskusikan, SG Sumut memutuskan untuk menggalang dana kembali. Bedanya, kali ini kami mengajak serta kawan-kawan Sheilagank di kota-kota lain untuk menggalang dana.



Aksi Peduli Sinabung, Sheilagank untuk Indonesia. Begitulah tema bakti sosial kali ini. Jadi, sebenarnya ini project Sheilagank se-Indonesia, namun SG Sumut yang turun ke posko pengungsian.
Alhamdulillah, berkat partisipasi dari kawan-kawan Sheilagank dari kota-kota lain dan hasil ngamen SG Sumut pada 26 Januari 2014 kemarin, terkumpul dana sebesar 3.574.700 (per 01 Feb’14). Uang tersebut kami belanjakan Sembako, Obat-obatan, keperluan sehari-hari dan hadiah-hadiah untuk pemenang games (rencananya kami juga bakal mengajak mereka bermain untuk menghibur). Selain uang, kami juga menerima pakaian bekas layak pakai.

Rencana awal, SG Sumut akan ke posko pengungsian pada 31 Januari 2014. Namun karena suatu hal, akhirnya diundur menjadi tanggal 02 Februari.

Sabtu 01 Februari 2014, Sinabung kembali erupsi. Kali ini memakan korban 15 orang (jumlah korban masih berkembang). Berita tersebut, selain menorah duka, juga menimbulkan kekhawatiran. Banyak yang mengingatkan kami untuk berhati-hati, ada juga yang menyarankan untuk menunda rencana keberangkatan ke tanah karo. Namun setelah bertanya langsung pada kawan-kawan yang berada di Tanah Karo, kami memutuskan tetap berangkat. Bukannya sok atau nekat dan tak memikirkan keselamatan diri. Kami tetap berangkat, namun tetap waspada dan tentu saja menghindari zona larangan yang sudah diperingatkan petugas.

Jika pada 12 Januari kemarin kendala kami adalah mobil yang rusak. Kali ini kendalanya adalah mobil yang kurang. Ada 21 orang yang hendak ikut berangkat. Namun hanya satu mobil pick up yang ada. Belum lagi barang-barang yang hendak disumbangkan. Tak ada mobil, naik kereta (sepeda motor pun jadilah). Jalan terus!!
Teman-teman Sheilagank Sumut wilayah Langkat memutuskan rental angkot. So, teman-teman di Medan akhirnya naik di pick up (awalnya pick up cuma buat barang-barang sumbangan, akhirnya himpit-himpitan deh). Yeahhh… Minggu pagi, 02 Februari 2014, setelah breafing sejenak dan berdo’a bersama-sama, kami pun berangkat.

Dalam perjalanan, saya melihat handphone dan mendapat sms dan beberapa panggilan tak terjawab. Ternyata pemberitahuan dana sumbangan yang ditansfer ke rekening saya sebesar 5 juta rupiah. Hulallaaaa… total dana yang terkumpul menjadi Rp. 8.574.700. Kami pun singgah sebentar ke ATM dan mencari toko sembako untuk membelanjakan donasi yang ada. Arif dan kawan-kawan dari Stabat yang sudah menunggu di Sembahe, sabar menanti ya hehheee…

Cuaca hari itu lumayan maknyus panasnya. Dari kaca pick up, saya bisa melihat kawan-kawan di belakang yang cengar-cengir kepanasan tapi tetap enjoy ketawa-ketiwi (Saya, Erna dan bang Ibenk di depan. Auldra, Dian, kak Kiki, bang Rudi, bang Sur, Safwan, Bang Rendy, bang Yogi, Rendi, Fredi, di belakang). Semangat gank!!!

Kami berencana makan siang di kota Berastagi. Namun bang Fuja yang sudah menunggu di Doulu memberitahukan kalau Berastagi tengah hujan abu yang lumayan deras. Kami pun akhirnya makan siang di Lau Gendek.

Usai makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Kabanjahe. Dengan dipandu oleh perwakilan dari Basarnas, kami pun melanjutkan perjalanan ke posko di desa Simpang IV. Debu dimana-mana. Posko ini memang berjarak sekitar 8 Km dari Sinabung. Jadi, hujan debu bukan hal langkah di desa ini selama erupsi Sinabung. Disini terdapat sekitar seratusan pengungsi. Selain SG Sumut, ada juga sebuah NGO yang sedang melakukan cek kesehatan pada para pengungsi. Dua kru stasion tv (TV O*E) juga ada di posko ini. Kami pun menyerahkan bantuan dan mengajak anak-anak bermain. Sang reporter TV pun memberitahukan kalau sebentar lagi akan live report di tempat kami bermain dengan anak-anak pengungsi. Wah masuk TV nih SG Sumut xixiixii….

Seorang tim dokumentasi NGO jeprat-jepret (maksudnya memfoto ^_^) Sheilagank Sumut yang tengah bermain bersama anak-anak pengungsi. Kami pun bersalaman dan mengobrol singkat. Mereka (NGO) ternyata tim dari Jakarta yang turun langsung kesini. Ia pun bertanya tentang Sheilagank. Saya menjelaskan kalau ini adalah aksi bersama Sheilagank Sumut, Sheilagank Indonesia dan Managemen SO7. Ia pun manggut-manggut dan berucap sambil ngacungin jempol :

“Ia nih, bagus banget nih aksi sosialnya, ngajak anak-anak main,” ucapnya sambil senyum.

Baru bentar ngobrol, eh hujan debu lagi. Hedew… buru-buru pake masker. Sesak cuy…  mata juga pedih. Herannya tuh anak-anak nyantai saja seolah tidak terjadi apa-apa. Mereka tetap semangat bermain. Lokasi permainan pun pindah ke dalam tenda. Dan live reportnya pun nggak jadi bareng  SG Sumut. Yaahh… gagal deh narsis di TV wkwkkwk… (biasa aja kaleee.. yang penting bantuannya tersalurkan ^_^)

Untung hujan debunya tidak berlangsung lama. Kami pun pamit pada para pengungsi dan menuju posko selanjutnya (bantuan dibagi ke dua posko). Posko selanjutnya berlokasi di desa Surbakti, sekitar 7 km dari sinabung. Gunung Sinabung hanya terlihat setengah, itu pun samar-samar karena tertutup awan. Saya menatapnya dengan perasaan yang sulit digambarkan. Biasanya, saat hendak mendaki Sinabung, saya selalu bersorak senang kala Sinabung terlihat dari bus yang kami tumpangi. Sejenak saya menjadi mellow kala kenangan mendaki Sinabung bersama kawan-kawan terlintas di kepala. Ah, Paman Sinabung, kapan kami bisa bercengkrama denganmu lagi?!

Ups.. maaf, jadi terbawa kenangan.

Di posko desa Surbakti, jumlah pengungsi lebih banyak dari desa Ndokum Siroga, Simpang IV. Ada lima ratusan orang di posko ini. Anak-anak ramai mengerubuti kami. Mereka sangat antusias kala diajak bermain. Bernyanyi riang. Bapak-bapak dan ibu-ibu pun ikut tertawa gembira melihat tingkah anak-anak ini. Uh.. senangnya melihat semua itu.

Bermain bersama mereka, waktu terasa cepat berlalu. Pukul lima sore, kami pun berpamitan. Oh God, senang plus haru waktu mereka melambaikan tangan. Bahkan ada anak-anak yang terus berlari mengejar dan terus melambaikan tangan saat pick up yang kami tumpangi bergerak maju. Seolah ingin kami tetap tinggal. Hadeehh.. rasanya ingin lebih lama menghibur mereka. Sayang waktu tak mengijinkan.

Seperti sebelumnya, kami singgah di Penatapan untuk istirahat dan makan malam sebelum melanjutkan perjalanan ke Medan. segelas teh manis panas dan mie rebus menjadi pengisi perut.

Pukul delapan malam kami melanjutkan perjalanan. Kali ini saya duduk di belakang. Naik pick up terbuka atau pun duduk di atap bus malam-malam di tengah dinginnya malam yang berkabut (tau sendiri kan bagaimana dinginya tanah karo, apalagi kalau malam), bukanlah pengalaman baru buat saya. Tapi bersama Sheilagank Sumut, ini yang pertama. Dan ini akan menjadi kisah klasik untuk masa depan bagi kami.


Salut buat kawan-kawan Sheilagank Sumut yang hari ini rela panas-panasan (pulangnya dingin-dinginan, angin-anginan) menempuh jarak Medan-Kabanjahe demi meringankan dan menghibur pengungsi  Sinabung. Buat kawan-kawan Sheilagank Sumut wilayah Langkat yang juga ikut bergabung. Terima kasih bijaksana untuk semua sahabat sejati, sheilagank dari kota lain yang turut berpartisipasi : Sheilagank Jabodetabek, Sheilagank Padang Ranah Minang, Sheila Managemen dan yang sudah transfer namun tidak ada konfirmasi ke kami, Seluruh Sheilagank yang sudah membantu terlaksananya kegiatan ini, bantuannya sudah tersalurkan. Insyaallah menjadi amalan buat kita semua. Proud of you all guys J

Share:

3 komentar

  1. Amin!!

    Duka pengungsi sinabung, duka kita juga..

    BalasHapus
  2. Good Activities gank,,,Jalan terus Salam dari SG Benua Etam Kaltim
    (Samarinda)

    BalasHapus