MENCINTAI APA YANG DIMILIKI

ini tulisan saya yang pertama kali dimuat di media pada 2014. dimuat di harian Analisa, Minggu 13 Januari 2014. dimuat di rubrik TRP. moga ke depan bisa lebih banyak lagi tulisan saya yang terbit ^_^

“Kapan ya aku punya handphone kayak gitu?!”
“Loh, bukannya kamu baru beli handphone beberapa waktu yang lalu?”
“Aku pengen yang itu. Itu tipe terbaru. Pasti keren.”
Kalimat senada di atas seringkali saya dengar saat berbincang dengan orang-orang sekitar. Bahkan, terkadang tanpa saya sadari, saya juga ikut-ikutan bersikap demikian : mengharapkan apa yang tidak saya miliki.
Seringkali kita tidak puas dengan apa yang kita miliki. Cenderung terlalu mengidam-idamkan apa yang tidak kita miliki. Apalagi dengan wabah konsumerisme yang menjangkit hampir pada tiap individu. Termakan ucapan iklan, kita pun semakin sering mengeluhkan ketidakmampuan kita untuk membeli/memiliki sesuatu.
Ketidakpuasan seseorang terhadap apa yang ia miliki tak sebatas masalah budaya konsumtif yang mewabah pada masyarakat kita saja. Tetapi juga terhadap banyak hal. Tidak puas dengan pisik, prestasi di sekolah, karir, iri dengan apa yang diraih teman, dan sebab-sebab lainnya.
Seperti kata pepatah “rumput tetanga lebih hijau”, manusia pada hakekatnya memang tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Selalu melirik apa yang orang lain miliki dan latah ingin memiliki hal yang sama. Alhasil, manusia hidup tanpa ketenangan karena terus-terusan dikejar oleh keinginan-keinginannya. Ambisi untuk memiliki sesuatu seperti yang dimiliki orang lain seringkali menyebabkan manusia mengabaikan apa yang telah menjadi miliknya. Bahkan, dapat membuat kita kehilangan apa yang sebelumnya telah kita miliki. Padahal, bisa saja apa yang kita miliki itu lebih berharga, berguna dibanding milik orang lain yang kita sendiri belum tahu bagaimana aslinya.
Terus-terusan mengeluhkan apa yang kita miliki dan mendambakan apa yang tidak kita miliki hanya akan menguras energi kita. Hidup kita jadi tak tenang. Waktu dan pikiran kita habis hanya untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut. Padahal, andai saja kita sebagai manusia yang berpikir mau bersyukur dan mencintai apa yang kita miliki. Bukan tidak mungkin ketenangan batin akan tercipta. Hidup ini terlalu singkat, mari jalani hidup dengan bersyukur dan mencintai apa yang kita miliki.
***
Kamar ke-7, 08 Apr’13

Share:

3 komentar