KEUNIKAN ORANG YANG DITEMUI SAAT TRAVELING

KEUNIKAN ORANG YANG DITEMUI SAAT TRAVELING
Keunikan orang yang ditemui saat traveling
Keunikan Orang yang Ditemui Saat Traveling : Traveling adalah hal yang mengasikkan buat saya. Rasanya menyenangkan bisa mengunjungi tempat yang berbeda dari lingkungan tempat tinggal kita. Tak hanya tentang objek wisata yang terkenal dan banyak dikunjungi orang, traveling memberi saya pengalaman merasakan tempat, suasana, makanan, dan orang-orang baru.

Bertemu orang-orang baru membuat saya belajar untuk bersosialisasi dan mengenal berbagai karakter orang. Tak jarang, dengan bertemu orang-orang baru dan berkenalan dengan mereka, saya mendapatkan pengalaman baru yang tak terlupakan. Entah itu pengalaman menyenangkan semisal diberi tumpangan gratis. Atau pengalaman tak mengenakkan seperti ditipu oleh supir angkutan.

Perbedaan budaya dan adat istiadat di tempat wisata yang saya kunjungi kerap membuat saya merasa bahwa orang-orang di daerah tersebut unik. Entah memang unik, atau karena tipikal dan pembawaan mereka berbeda dari yang biasa saya temui sehari-hari. Beberapa pengalaman menarik bersama orang-orang unik ini saya ceritakan di bawah ini :

Yang Bukan Suami Istri Tidak Boleh Sekamar!
Lazimnya sebuah hotel ataupun penginapan sederhana pasti ada petugas yang menyambut ketika kita datang, security, atau sekurang-kurangnya resepsionis. Tapi saya tak menemukan itu di satu-satunya penginapan yang saya datangi kala melakukan perjalanan bersama pak bos, buk bos dan seorang rekan kerja.

Begitu sampai, yang menyambut kami adalah gonggongan anjing. Baru kemudian pintu salah satu kamar penginapan terbuka. Beberapa perempuan keluar dengan wajah seperti baru bersua dengan bantal *bangun tidur maksudnya*.

Kami menyampaikan kalau kami hendak menginap dan membutuhkan 3 kamar. Dengan tanpa basa-basi si mbaknya menjawab kalau kamarnya ada tapi perempuan dan laki-laki yang bukan suami istri tidak boleh sekamar. Kami pun meng-oke-kan. Rekan saya sekamar dengan driver. Saya sendirian. Pak bos dan buk bos sekamar, kan mereka suami istri.

Tapi ternyata nggak cukup dengan pernyataan bahwa pak bos dan buk bos adalah suami istri sah. Si mbak minta buku nikah sebagai buktinya. Ziaaah… dan kebetulan buku nikahnya memang tidak dibawa. Pak bos menawar dengan memberi KTP, secara di KTP ada status pernikahannya. Tapi si mbak nggak mau.

Sampai pak bos bawa-bawa nama bos mereka *pemilik penginapan yang memang kenalan pak bos*, tetap saja mereka minta buku nikah, ya amplooop.. rasa kantuk dan lapar pun jadi sedikit terlupakan karena kami hanya bisa tertawa dengan sikap si mbak yang kaku dan dialek yang kental.

Setelah diyakinkan berkali-kali, akhirnya kami boleh menginap, Alhamdulillah.

Karena lapar, kami tak langsung ke kamar, melainkan makan di restoran terapung penginapan tersebut. Sedang asik-asik menikmati ikan bakar dengan sambal andaliman yang maknyus, si mbak yang tadi keukeuh minta buku nikah datang dan berucap :

“Orang bapak masih lama? Sudah jam 9 lewat, kami mau tidur. Nanti kalau sudah selesai makan langsung naik aja ke lantai 3, ini kunci kamarnya. Kami mau tidur.”

Seketika hening. Kami saling berpandangan satu sama lain. Kemudian pecahlah tawa itu. Setelah tadi disambut oleh gonggongan anjing, dimintai buku nikah, sekarang kami ditinggal tidur oleh petugas penginapan. Disuruh naik sendiri ke lantai tiga dan membawa barang-barang kami sendiri. Mencari sendiri kamar kami. Luar biaassaaah.. kenapa nggak sekalian saja kami disuruh mencuci sendiri piring bekas makan kami >.<

Usai santap malam, kantuk pun kian menyerang. Kami memutuskan untuk ke kamar dan tidur. Naik ke lantai tiga *dengan membawa sendiri barang-barang kami hiks*, melewati lantai 2, saya bengong menyaksikan apa yang tertangkap oleh indera penglihatan saya. Lantai 2 itu seperti hanya berfungsi sebagai hall. Di ruangan luas itu hanya ada sebuah TV dan Sofa di sisi dinding. Yang membuat saya bengong adalah seorang pria yang tiduran di sofa itu sambil nonton TV. Saya perkirakan dia adalah petugas penginapan yang bertugas sebagai keamanan. Sungguh santai dirinya nonton TV dengan kaki yang satu selonjoran di sofa dan yang satunya lagi dinaikkan ke punggung sofa dan menyandar ke dinding. Hellooo… dikira ini di rumah pribadinya mungkin ya. Kami yang berseliweran tak dihiraukannya. Sungguh terlaluuu.. kami bayar loh, bayar.. bukan numpang gratisan sampai harus dicuekin sedemikian rupa.

Tapi lagi-lagi entah kenapa saya kok nggak bisa marah sama orang-orang di penginapan ini. Justru saya ngekeh sendiri. Sampai di kamar pun saya masih ngekeh, rasanya sungguh lucu, unik, dan polosnya orang-orang disini, jauh berbeda dengan petugas hotel yang selalu ramah namun kebanyakan penuh kepura-puraan :D
KEUNIKAN ORANG YANG DITEMUI SAAT TRAVELING
Penginapan yang unik, jadi sebelum pulang harus diabadikan, biar inget gimana lucunya para petugas penginapan ini :D


Judi, Botol Minuman, dan Rasa Aman
Banyak jalan menuju Roma (anonym)
Banyak cara menikmati keindahan negeri ini (Perempuan November, eaaaakk…)

Niat hati ingin mengunjungi berbagai tempat di dunia, tapi apalah daya untuk makan pun susah *drama*. Jadi, ketika hasrat bertualang kian menggebu, susunan saraf di kepala pun langsung mencari cara *muncul emo bohlamp, tanda lagi makan, eh mikir ding*.

Tak ada rotan akar pun jadi, tak bisa nginap di hotel, pasang tenda pun tak masalah. Maka jadilah 5 perempuan kece dengan pedenya mendirikan tenda di antara guest house yang berjejer di sekitarnya. Dilihatin pengunjung dan penduduk lokal, senyum aja, stay cool aja, lanjut terus *eh, nggak mirip iklan kan ya*
traveling bersama sahabat
Ini nih kelima cewek traveler kere yang nekat ngetenda 
Tak jauh dari tenda kami, anak-anak terlihat berkerumun. Saya melihat beberapa botol berserakan. Sepertinya botol minuman beralkohol. Tapi saya tak begitu yakin. Maka saya pun mengajak ngobrol penduduk yang tengah menghabiskan sore disitu.

Benar saja, itu adalah botol minuman beralkohol. Sore hari, anak-anak biasanya bermain judi kecil-kecilan disitu. Baru jam 9 ke atas pemainnya berganti jadi bapak-bapak. Huaaa.. sepertinya kami salah memilih lokasi tenda. Bagaimana kalau bapak-bapak itu punya niat jahat. Atau mereka di bawah pengaruh minuman dan melakukan kejahatan terhadap kami T-T

Di saat kalut begitu, seorang pria datang. Bertanya asal kami. Kemudian menyampaikan hal-hal yang menurutnya perlu kami ketahui. Ia memberitahu nama dan nomor hapenya, kemudian tempat ia tinggal, dan mengatakan kalau ia semacam kepala keamanan di lokasi tersebut. Ia menyampaikan kalau kami tak perlu takut karena daerah tersebut aman. Namun begitu, kalau semisal ada yang datang mengganggu atau meminta sejumlah uang, katakan saja kalau kami sudah ijin padanya. Ia juga meminta kami melapor padanya jika ada hal-hal yang mungkin mengancam keselamatan kami.

Sebelum pamit, ia juga menyampaikan tarif berbagai atraksi wisata di tempat tersebut. Meski operator wisatanya beda, tapi tarifnya sama. Jadi mau pilih yang mana pun, tidak ada yang lebih murah atau lebih mahal. Ia juga meminta tolong jika menemukan harga yang berbeda agar memberitahukannya.

Duuuh.. saya merasa tersanjung berada di tempat ini. Walau sampai jauh malam suara bapak-bapak bermain kartu masih terdengar, namun syukurnya mereka tidak mengganggu. Pagi-pagi saya bangun dengan perasaan senang, tersanjung dengan perlakuan orang-orang lokal disini. Kami cuma traveler kere yang tidak memberi pendapatan pada guest house di wilayah ini. Tidak membeli baju, kain pantai, ataupun cinderamata yang di jual di kawasan tersebut. Kami juga tidak makan di restoran atau warung makan disini karena kami bawa bekal sendiri. Tidak juga membayar retribusi untuk mendirikan tenda. Tapi mereka tak absen untuk memberi rasa aman kepada kami.

Mereka memang bermain judi dan minum. Tapi mereka tak mengganggu. Mereka tak menipu wisatawan dengan tarif di luar tarif normal. Mereka unik dan menginspirasi saya. Andai saja semua daerah di Indonesia bisa meniru mereka. Eits.. bukan meniru judi dan minum-minumnya ya, tapi rasa menghargai dan menjaga wisatawan agar tetap merasa aman dan nyaman.

Di antara Perempuan-perempuan Berpakaian Minim
Apa rasanya ketika kita datang ke sebuah acara dan ternyata salah kostum? Atau ketika kita tiba-tiba berada di tengah-tengah artis-artis terkenal dengan gaya glamour-nya. Canggung?! Merasa asing? Atau biasa saja?

Rasa penasaran memaksa saya menyusuri rumah-rumah dengan dinding depan kaca transparan layaknya sebuah toko yang siapa saja bisa melihat isinya hanya dengan berdiri di luar. Rumah-rumah itu isinya sama : perempuan-perempuan yang tengah duduk-duduk di sofa. Perempuan-perempuan dengan kriteria cantik fisik yang beragam : kulit putih, kuning langsat, hitam manis, rambut lurus, ikal, panjang, pendek, langsing, sintal, semuanya ada. Beraneka ragam perempuan ada disana, yang membuat mereka semua sama di mata saya hanya 2 hal : jenis kelamin, dan pakaian yang minim.

Sebagai perempuan yang berpikiran bahwa seksi bukanlah tentang pakaian minim melainkan otak yang cerdas *pembenaran sekaligus ngeles ala saya*, awalnya saya canggung. Apalagi di antara 2 sahabat yang menjadi travelmate saya kala itu, saya sendiri yang mengenakan jilbab. Saya jadi menerka-nerka, apa yang ada di pikiran perempuan-perempuan berpakaian minim itu melihat perempuan berjilbab di ‘daerah’ mereka. Atau, apakah pria-pria di kawasan tersebut menganggap saya adalah bagian dari perempuan-perempuan berpakaian minim itu. Atau jangan-jangan mereka berpikiran bahwa saya adalah perempuan berjilbab yang hendak bertransformasi menjadi perempuan berpakaian minim. Ah entah lah. Saya tak pandai menerka.
surabaya
Berhubung saya nggak berani ambil foto waktu di rumah kaca itu, jadinya saya kasi foto sesaat sebelum saya berangkat kesana ya :)
Beberapa rumah berdinding depan kaca terlewati. Di rumah kesekian, kecanggungan saya berubah menjadi keheranan. Anak-anak kecil berlarian sesuka hati. Keluar dari satu gang dan masuk ke gang lain. Tampaknya mereka sedang bermain kejar-kejaran. Ibu-ibu dan bapak-bapak berpenampilan normal *Mmm.. maksudnya pakaiannya biasa seperti kita keseharian. Nggak minim-minim  dan nggak bermake-up* terlihat santai berjalan menyusuri gang. Ada yang menggendong anaknya yang masih bayi. Ada pula yang bercengkrama dengan tetangga.

Belum selesai keheranan saya, seorang ibu berjilbab besar tampak mengipas-ngipas jagung bakar jualannya *sejujurnya saya lupa yang dijualnya jagung bakar atau apa. Yang jelas beliau sedang mengipas-ngipas dagangannya yang dibakar*.

Ini unik menurut saya. Dimana awalnya saya pikir ini adalah ‘daerah kekuasaan’ perempuan-perempuan perpakaian minim di mana semua penghuninya adalah mereka dan pengunjung pria dewasa. Saya pikir tak ada anak-anak. Tak ada masyarakat biasa. Ternyata mereka bercampur baur disini. Mereka hidup layaknya kehidupan di gang yang padat penduduk. Mereka hidup tanpa terlihat resah dengan perempuan-perempuan perpakaian minim yang mungkin saja anak mereka, tante mereka, atau bahkan ibu mereka.

Sekarang kabarnya rumah-rumah berdinding kaca bak etalase itu sudah ditutup *entah benar-benar ditutup atau pindah lokasi :D*. Tapi pengalaman bertemu sekumpulan orang unik saat berkunjung ke sana masih terekam di ingatan saya.


Pindah atau kubongkar paksa?!
Mendirikan tenda di jalan air yang sudah dibuat oleh orang yang sebelumnya memasang tenda di tempat tersebut, kalau musim kemarau mungkin tak masalah. Tapi kalau musim hujan, alamat bisa tidak tidur semalaman jika hujan dan tenda kita kebanjiran.

3 orang pria yang baru kami kenal beberapa jam sebelumnya memaksa kami pindah ke tenda mereka dengan alasan tenda kami tidak safety dan bisa kebanjiran. Pria lainnya yang pamit pulang duluan, mengingatkan saya agar tidak percaya dengan apapun yang dikatakan ketiga pria tersebut.

So, kami berkeras tidak pindah saat mereka menawarkan pertolongan. Kami tidak boleh percaya begitu saja meski alasan mereka demi keselamatan kami. Apalagi kami berempat perempuan. Dan mereka semua laki-laki.

Sekian waktu mengajak dengan halus tapi kami tolak terus, salah satu dari mereka tiba-tiba murkah. Ia mengambil parang *parang kami padahal* dan menancapkannya di tanah dengan keras. Kemudian berucap lantang :

“Pindah nggak kelen, kalo nggak kubongkar tenda ini!”

Oh God!!! Apa-apaan ini. Minta dengan halus saja kami masih tak mau percaya, apalagi dengan maksa begini. Jadi semakin yakin kalau mereka punya niat jahat. Ketiga teman saya langsut pucat. Menatap saya seolah meminta pendapat.

Tenda pun akhirnya dibongkar. Kami ikut ke tenda mereka yang ternyata lebih jauh masuk ke dalam. Pikiran pun berkecamuk. Sumpeee… saat itu banyak sekali pikiran buruk yang berseliweran. Teringat ortu di rumah. Apalagi saya pamitnya mau camping rombongan satu sekolah. Padahal cuma berempat dan cewek semua *sejak saat itu kapok dan nggak berani lagi bohong pas pamit mau pergi-pergi*

travelbag
Ingat ya guys, kalau pamit mau pergi-pergi nggak usah pake acara bohong ke ortu :D
Sepanjang jalan, kami cuma diem. Saya sibuk pengakuan dosa ke Tuhan di dalam hati sambil minta ampun dan do’a supaya dilindungi dan diberi keselamatan. Disini yang ada cuma pohon meeen..!! Kalau mereka niat jahat kami mau lari kemana coba, salah lari bisa masuk jurang kan. Mana sepanjang jalan nggak ada ketemu orang laen. Kalau ketemu kan bisa teriak minta tolong.

2 malam bareng mereka, alhamdulillah ternyata mereka memang nggak ngejahatin kami. Mereka ternyata tim SAR di wilayah itu. Niatnya memang nolong, cuma caranya itu yang unik dan bikin jantung mau copot.

Mbak harus kuat!!!
Ini juga salah satu orang unik yang saya temui saat traveling. Hampir mirip dengan cerita sebelumnya. Orang yang niat nolong tapi caranya bikin kita ngerutkan kening. Bedanya kali ini saya sendirian *dia juga sendirian* karena teman satu rombongan sudah agak jauh di depan.

Waktu itu pagi sekitar jam sepuluhan. Awalnya saya berdua dengan seorang kawan. Kami ditinggalkan rombongan. Ketika sudah hampir sampai puncak, entah kenapa badan saya tiba-tiba ngedrop. Jadi saya nyuruh teman saya jalan duluan. Saya akan menyusul pelan-pelan kalau badan sudah agak enakan. Kalau masih drop ya tunggu disitu saja sampai yang lain turun. Teman saya pun lanjut.
gunung indah di pulau jawa
Untung sebelum ngedrop sempat foto-foto dulu di tempat indah ini. Eh, kelihatan kan muka saya udah pucat.
Saya duduk menyandarkan diri pada sebuah batu. Ketika sedang mengumpulkan tenaga itulah lewat seorang pria dengan berlari. Ia berhenti dan kami berkenalan. Ia ternyata tim SAR yang sedang berlatih kecepatan mendaki untuk aksi cepat tanggap. Ia mengajak saya untuk melanjutkan perjalanan bersama. Saya menolak karena masih pitam. Pandangan masih belum jelas, kepala pusing dan rasanya mau muntah.

Tanpa diduga-duga ia meraih tangan saya lalu berjalan dan berucap :

“Ayo mbak. Mbak harus kuat. Lawan. Mbak harus nyampe puncak. Sayang kan mbak udah jauh-jauh kesini tapi nggak sampe puncak, bla..bla..bla..”

Dia terus nyerocos sementara saya tidak siap dengan perlakuannya yang tiba-tiba. Alhasil, karena tangan saya ditariknya, saya jalan terseok terbungkuk-bungkuk sambil menahan pusing dan mual. Di tengah rasa pusing itu saya mencoba menepis tangannya dan berucap tegas kalau saya mau disini saja dulu dan akan melanjutkan perjalanan nanti. Barulah ia melepaskan tangan saya dan pamit untuk berlalu. Ah, kenapa tim SAR yang saya temui unik-unik begini ya. Katanya nolong tapi maksa :P

Bicara tentang keunikan orang yang ditemui saat traveling rasanya kok nggak ada habisnya ya. Masih banyak yang ingin diceritakan. Tapi ini sudah cukup panjang. Jadi ini saja dulu ya :)

Kalian, seperti apa keunikan orang yang ditemui saat traveling?! Ceritain dong!

Share:

27 komentar

  1. Ish janjalan aja kerja ko ya Diah, patutlah banyak hal unik yg ko alami, haha yg buku nikah itu bikin ngakak 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahaaiii.. iya mak, mumpung mak ehehheee.. ini pun masih banyak yang pengen diceritakan, tapi nanti panjang kali :D

      Hapus
  2. wkwkwkw....penasaran sama hotelnya?

    BalasHapus
  3. Saya harus akui bahwa saya adalah blogger yang tidak suka baca panjang2. Generasi tua sepertinya. Mungkin segmentasi pembaca seperti saya perlu dilestarikan hehe..

    Halo, mba.
    Ini mungkin komentar pertama saya di blogmu, tapi bukan yang pertama untuk selalu membaca blogmu tiap pekan hehe.. (baca LBI).

    Lama nggak traveling, semoga membaca ini bisa membuat gairah saya kembali.
    Sepertinya mbak ini sudah buat buku, tulisannya bagus dan bila dikumpulin sudah banyak terpajang di rak-rak toko buku (efek tulisan panjang)

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga ini bukan yang terakhir komen ya mas :)

      iya nih jadi panjang banget jadinya postingannya, keenakan berbagi cerita sih :D

      Sepertinya mbak ini sudah buat buku, tulisannya bagus dan bila dikumpulin sudah banyak terpajang di rak-rak toko buku <-- saya anggap ini sebagai do'a mas. semoga kelak banyak buku saya terpajang di rak toko buku, aamiin!!

      Hapus
  4. Saya prnh travelling sama orang yg ngak paham bhs inggris sementara saya ngak bosa bahasa cina. Yang ada mau ngapa2in pakai bahasa isyarat hehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahhaa... itu pasti seru banget ya mbak. apa-apa pakai bahasa isyarat :D

      Hapus
  5. "Mendirikan tenda di jalan air", ini sama aja pengen tidur di atas air :D. pas kemarau sih gak masalah. pas tiba2 hujan, air akan lewat. "Pindah atau kubongkar paksa", aku mendapatkan kata yang bagus ini. terimakasih kakak, akan kugunakan jika aku bertemu orang yang memasang tenda di lintasan air (lagi)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahhahaa... ah, nanti oangnya ketakutan seperti kami waktu itu.

      Hapus
  6. Cerita perjalanannya seru-seru ya mbak! Jadi penasaran sama hotel yang unik itu. Pengunjungnya dituntut mandiri ya, melayani sendiri hi..hi..hi

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah mbak, seru dan jadi kenangan indah plus bikin ngakak. emang unik banget itu hotel mbak, self service tamunya ixixiixi..

      Hapus
  7. Enak benar bisa jalan-jalan...
    jadi kepengen juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah dapat kesempatan jalan-jalan mas :)

      Hapus
  8. Abang2 tim SAR itu keknya perlu la ikut kelas pelatihan komunikasi ya...biar lebih keren lagi. Kan gimana gitu mereka tulus mau nyelametin..eh yg mau diselmetin gak percaya gara2 cara n gaya bahasanya. 😎

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya itu dia. tau lah sendiri kan, orang kita ini kan ya, keras kali cakapnya. awak yang udah biasa aja masih terkaget-kaget hahhaaa...

      Hapus
  9. Wah enak nih si mbaknya traveling melulu .. xixixi
    Saya mana bisa mbak menikmati alam indonesia tiap hari keja mulu ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. segera ajukan cuti kang, biar bisa traveling. apa nggak bosan kerja mulu tiap hari :D

      Hapus
  10. Kalau ada petugas hotel kayak gitu, saya laporin langsung ke atasannya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya bos saya kenal sama pemilik hotelnya, cuma kami mencoba memaklumi saja. daerahnya memang masih jauh dari pembangunan dan modernitas meski tempatnya memang saya akui indah sekali.

      Hapus
  11. jauh kali udah kakak janjalannya, unik unik kejadiannya

    itu yang tim SAR mgkn takut disangka penipu kalau ngomongnya terlalu lembut hahaha

    yang cerita hotel buat silap aja ya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. jauh-jauh jambu lah Win, ehehheee...

      iya kali ya, tim SAR nya takut disangka penipu kalau lembut bak sales :D

      kalau dipikir-pikir emang bikin emosi sih petugas hotelnya. tapi untungnya saat itu kami sedang dalam kondisi mood yang bagus walau lelah sehabis menempuh perjalanan :)

      Hapus
  12. Aduh ribet amat ditanyain buku nikah yak. Lah orang traveling biasanya boro-boro keinget sama buku nikah. Hahahaha. Bener-bener hotel Syariah itu :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak, padahal disana bukan daerah muslim dan mereka juga bukan orang muslim. cuma memang seperti itulah nilai-nilai yang mereka anut dan terapkan. sebenarnya bagus sih, cuma cara penyampaiannya yang bisa bikin orang silap hahhahaaaa

      Hapus
  13. Aduh ribet amat ditanyain buku nikah yak. Lah orang traveling biasanya boro-boro keinget sama buku nikah. Hahahaha. Bener-bener hotel Syariah itu :D.

    BalasHapus